Liputan6.com, Jakarta - Masjid Nurul Hasanah bukan satu-satunya masjid di Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara. Tapi di sanalah azan masih bisa terdengar hingga menembus kamar demi kamar penjaja cinta.
Saat panggilan salat isya dan maghrib tiba, kafe-kafe yang beroperasi di Kalijodo harus mematikan musik keras mereka selama azan masih berkumandang.
"Mati Mas, biasanya dimatikan orang kafe. Kalau enggak, ya kami yang pergi ke kafe mereka untuk mengingatkan," kata salah satu pengurus masjid. Namun pria berbaju batik hijau itu enggan membeberkan siapa namanya, Selasa (16/2/2016).
"Enggak pernah ada cekcok, biasa aja. Mereka matikan musik kok," sambung dia.
Baca Juga
Advertisement
Masjid yang merupakan satu-satunya di Jalan Kepanduan II itu lebih sering digunakan masyarakat dibanding dengan tempat lain, Mushala Al Muttaqin misalnya.
Warga yang tinggal berdekatan dengan masjid rata-rata berprofesi sebagai pedagang bakso keliling. Mereka memilih bungkam saat ditanya soal kehidupan Kalijodo.
"Kami cuma ngontrak di sini, Mas, pergi pagi pulang tengah malam, malam mempersiapkan dagangan untuk besok, nggak tahu lah," ujar seorang lelaki sembari membersihkan gerobak baksonya.
Berbeda dengan kafe-kafe sepanjang jalan Kepanduan II yang dicat dengan warna hijau. Rumah-rumah di dekat Masjid Nurul Hasanah dicat dengan warna biru tua dan biru muda.