Saluran Tegangan Tinggi Kelar Dibangun, Listrik Bali Jadi Andal

PT PLN (Persero) telah menyelesaikan pembangunan Kabel Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kilo Volt (kV) Celukan Bawang.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 16 Feb 2016, 17:30 WIB
Pekerja tengah memasang Trafo IBT 500,000 Kilo Volt di Gardu induk PLN Balaraja, Banten, Kamis (16/12). Pemasangan terafo tersebut diperuntukan untum perkuatan sistem kelistrikan Jakarta-Banten. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) telah menyelesaikan pembangunan Kabel Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kilo Volt (kV) Celukan Bawang, Bali. Dengan berdirinya infrastruktur tersebut, pasokan listrik bisa ditingkatkan di Provinsi Bali.

Pelaksana Tugas Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN, Agung Murdifi mengatakan, SUTT Celukan Bawang ini memiliki daya hingga 380 MegaWatt (MW). Daya tersebut akan masuk ke dalam sistem interkoneksi listrik Jawa-Bali.

"Keberadaan SUTT 150 kV Celukan Bawang ini sangat vital untuk menjaga keberlangsungan penyaluran listrik dari PLTU Celukan Bawang ke Gardu Induk," kata Agung, di Jakarta, Selasa (16/2/2016‎).

Agung mengungkapkan, jaringan listrik Bali berbeda dengan Jawa yang sudah menggunakan sistem jaringan interkoneksi 500 kV. Di Bali, sistem interkoneksi masih menggunakan 150 kV. Karena itu, apabila terjadi gangguan pada jaringan 150 kV, daya yang dihasilkan pembangkit tidak dapat disalurkan untuk melayani beban atau pelanggan sehingga terjadi kekurangan pasokan daya listrik.

Dari sisi pembangunan jaringan SUTT 150 kV yang telah dikerjakan oleh PT PLN (Persero) telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standar kesehatan International WHO, baik mengenai tinggi tower maupun ruang bebasnya. Dengan demikian, dipastikan tidak berbahaya bagi lingkungan.

Di samping itu, saat jaringan tersebut sudah beroperasi dan menyalurkan tenaga listrik, PLN juga selalu melakukan pemeliharaan rutin guna menjaga keandalan dan keamanan pengoperasiannya. Dengan demikian tidak benar anggapan sebagian masyarakat bahwa bahwa medan magnet dan medan listrik yang timbul di bawah jaringan membahayakan kesehatan dan lingkungan.

"Selain itu PLN juga sangat concern terhadap warga sehingga setiap detail aspek keselamatan dan kesehatan bagi warga sekitar selalu diperhatikan," tutur Agung.

Sistem kelistrikan di Bali memiliki daya mampu sekitar 950 MW, yang disuplai dari pembangkit PLN Gilimanuk, Pesanggaran dan Pemaron dengan total 570 MW, ditambah suplai dari PLTU IPP Celukan Bawang sekitar 380 MW.

Beban puncak sistem pada malam hari sekitar 800 MW sehingga masih ada surplus sekitar 150 MW. Walaupun daya mampu saat ini masih surplus, untuk menjaga keandalannya sistem Bali saat ini masih disuplai dari Jawa melalui Kabel Laut.

PLTU Celukan Bawang sangat penting untuk sistem kelistrikan Bali. Karena itu, mengantisipasi lonjakan konsumsi listrik sangatlah strategis terhadap pemenuhan pasokan daya listrik di Provisi Bali.

Dengan beroperasinya PLTU Celukan Bawang 380 MW berbahan bakar batu bara, pembangkit lain yang menggunakan bahan bakar minyak diposisikan sebagai cadangan karena biaya operasinya sangat mahal.

"Mengingat Provinsi Bali merupakan tujuan wisata dan mendapatkan peringkat nomor 2 untuk tujuan wisata dunia, keandalan listrik dan suplai listrik yang mencukupi sangat berpengaruh besar untuk mendukung potensi Pariwisata," tutup Agung. (Pew/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya