Liputan6.com, Bangkok - Dua pria China yang berlatar belakang suku Uighur disidang pada Selasa waktu setempat, terkait pemboman sebuah kuil di Bangkok yang terjadi pada 17 Agustus 2015 lalu. Keduanya menyatakan diri tak bersalah.
Pada kemunculan pertama di pengadilan, Yusufu Mieraili dan Adem Karadag yang dikenal juga dengan nama Bilal Mohammed menghadapi tuduhan pembunuhan dan kepemilikan bahan peledak. Kedua tahanan yang tiba di pengadilan dengan belenggu dan bertelanjang kaki.
"Aku seorang muslim yang tidak bersalah, yang sudah lebih dulu ditahan selama 6 bulan," ucap Mieraili seperti diberitakan BBC yang dikutip pada Selasa (16/2/2016).
Sejauh ini tak satu kelompok pun mengaku bertanggung jawab atas teror bom Bangkok yang juga melukai sejumlah orang.
Polisi mengatakan kedua pria yang berasal dari wilayah Xinjiang China itu awalnya mengakui melakukan serangan dalam ledakan bom Bangkok. Sebelum akhirnya menyangkal saat dihadapkan di depan meja hijau.
Baca Juga
Advertisement
Karadag dituduh menempatkan bom di dalam kuil Hindu pada sebuah ransel, namun pengacaranya menduga kliennya disiksa agar mengaku dan sebenarnya tidak bersalah terkait semua tuduhan kecuali memasuki negara itu secara gelap.
Kepala polisi Chakthip Chaijinda mengatakan kedua lelaki itu memiliki hak untuk menarik kembali pengakuan mereka. "Kami memiliki saksi dan bukti yang jelas untuk menuntut mereka," ucap dia.
Pemerintah militer Thailand mengatakan, geng penyelundupan manusia marah dengan aksi teror bom Bangkok yang dilakukan tersangka. Tetapi banyak pengamat percaya serangan itu sebenarnya terjadi akibat pembalasan atas pemulangan paksa lebih dari 100 pencari suaka Uighur ke China dari Thailand pada Juli 2015 lalu.
Sejauh ini 15 tersangka yang sudah tercantum dalam surat perintah penangkapan masih buron.
Teror bom Bangkok terjadi pada 17 Agustus 2015. 20 Orang tewas ketika terjadi ledakan di Kuil Erawan yang terletak di pusat ibu kota Thailand.