Liputan6.com, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar hasil Munas Riau, Ahmad Doli Kurnia mengatakan musyawarah nasional luar biasa (munaslub) partai beringin dipastikan akan berbeda dengan musyawarah sebelumnya.
Sorotan akan tertuju kepada siapa sosok yang bisa menyatukan Partai Golkar.
"Yang dibutuhkan (Golkar) saat ini adalah pemimpin yang bukan sekedar memenuhi syarat standar calon ketua umum tapi juga karakter kepemimpinan yang kuat, sekaligus bisa mengayomi," ujar Doli kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (16/2/2016).
Ketum Golkar harus bisa menjawab 4 pertanyaan mendasar. Pertama, menjadi ketua umum untuk kepentingan siapa?
Baca Juga
Advertisement
"Yang kedua, bawa benefit atau beban ke partai? Ketiga, punya visi, konsep, inovasi, dan kreativitas untuk memajukan partai? Terakhir, apakah siap apabila dituntut meninggalkan semua jabatan publik untuk fokus dan berkonsentrasi buat partai?" kata Doli.
Menurut dia, hal ini penting, untuk mengetahui track record atau rekam jejak dan berpotensi terjerat masalah hukum. Karena itu, lanjut Doli, seharusnya para kandidat tahu akan kapasitasnya dan mengurungkan niatnya tetap maju, jika menjadi beban partai.
Harus Mengesankan
Politikus Partai Golkar Tantowi Yahya mengapresiasi sejumlah tokoh muda Golkar yang maju bersaing di musyawarah nasional luar biasa (munaslub).
"Semua calon yang bersaing di bawah umur 50 tahun," kata Tantowi, saat dihubungi, Selasa (16/2/2016).
Dia juga mengapresiasi masuknya tokoh muda Golkar seperti Ahmed Zaki Iskandar sebagai salah satu calon. "Beliau memang muda, tapi seumur-umur sudah Golkar. Bahkan lahir dan dibesarkan di partai ini," ujar Tantowi.
Sejumlah prestasi Zaki Iskandar selama antara lain, menjabat sebagai Ketua DPD Golkar Kabupaten Tangerang, Bupati Tangerang dan juga pernah menjadi anggota DPR.
"Jadi jangan dilihat mudanya, tapi lihatlah pengalaman politiknya," kata dia.
Tantowi menyatakan, yang perlu dilakukan para calon ketum saat ini, termasuk Zaki, adalah mulai mendekati para pemilik suara, mulai dari DPD I, DPD II dan jajaran DPP Golkar.
"Siapa pun yang berminat menjadi caketum Golkar harus membuat pemilih terkesan dan tertarik," ujar Tantowi.
Selain itu, Tantowi juga meminta seluruh caketum yang akan bertarung cerdas membaca arah politik dalam negeri serta harus bisa menerjemahkan fungsi negara kesejahteraan tahun 2045 yang merupakan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Partai Golkar.
"Tanpa adanya kemampuan itu akan sulit bagi partai memainkan peran penting sebagai partai yang menjunjung tinggi pembangunan dan melakukan kritik cerdas kepada pemerintah," Tantowi memungkasi.