Rusia Bantah Lakukan Kejahatan Perang Terkait Serangan di Suriah

Sedangkan PBB menyatakan, membuat tempat-tempat tersebut secara sengaja sebagai sasaran dapat dipandang sebagai kejahatan perang.

oleh Rinaldo diperbarui 17 Feb 2016, 02:49 WIB
Militer Rusia menembakan senjata mematikan berupa fosfor putih ke wilayah barat laut Suriah yang dihuni warga sipil. Organisasi HAM mengklaim bahwa serangan Rusia akan banyak menewaskan warga sipil. (dailymail.co.uk)

Liputan6.com, Jakarta - Rusia secara tegas menolak tuduhan kejahatan perang terkait pemboman sejumlah rumah sakit di Suriah.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, seperti dilansir Telegraph, Selasa (16/2/2016), mengatakan pihak-pihak yang membuat pernyataan seperti itu tidak bisa memberikan buktinya.

Rusia dituduh antara lain oleh Turki, sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap serangan-serangan tersebut.

Sedangkan PBB menyatakan, membuat tempat-tempat tersebut secara sengaja sebagai sasaran dapat dipandang sebagai kejahatan perang.

Sementara seorang pejabat Turki pada Selasa kemarin mengatakan Turki akan mendukung operasi darat di Suriah, tetapi hanya dengan sekutu internasional.

"Tidak akan ada operasi militer sepihak dari Turki ke Suriah," kata pejabat di Istanbul yang tidak disebutkan namanya.

Sekitar 50 orang dikabarkan tewas karena serangan peluru kendali pada paling tidak 4 rumah sakit dan 2 sekolah di daerah yang dikuasai pemberontak di Suriah utara yang juga dekat dengan perbatasan Turki, Senin 15 Februari 2016.

Serangan terjadi setelah Rusia dan beberapa negara sepakat untuk menghentikan kekerasan di Suriah, namun belum bisa dipastikan pihak yang melakukan serangan terbaru ini.

Perang saudara di Suriah yang sudah berlangsung selama 5 tahun menyebabkan jatuhnya sekitar 250.000 korban jiwa dan 11 juta lainnya harus mengungsi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya