Bayi Orangutan Dibacok Parang di Kebun Sawit

Konflik antara masyarakat dan orangutan memang kerap terjadi di wilayah perkebunan kelapa sawit Kalimantan.

oleh Abelda RN diperbarui 17 Feb 2016, 10:03 WIB
Bayi orangutan ini ditemukan di kebun sawit dengan luka parah di bagian kepala. (Liputan6.com/Abelda Gunawan)

Liputan6.com, Balikpapan - Bayi orangutan liar terluka parah di Sangata, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Kepala orangutan berusia 1-2 tahun itu terluka dalam. Luka tersebut diduga disebabkan oleh tebasan senjata tajam sejenis parang.

"Kepalanya terluka parah sehingga harus mendapatkan pengobatan serius," kata Humas Yayasan Borneo Orangutan Survival, Nico Hermanu, di Balikpapan, Selasa 16 Februari 2016.

Menurut dia, bayi orangutan jantan itu ditemukan oleh masyarakat terlantar di perkebunan kelapa sawit di Sangata. Mereka lalu menghubungi BOSF.

Bayi orangutan ini kemudian dievakuasi ke hutan rehabilitasi di Samboja.

"Kami berharap orangutan ini segera pulih dan bisa dilepaskan kembali," ujar Nico.

Konflik antara masyarakat dan orangutan, lanjut dia, memang kerap terjadi di wilayah perkebunan kelapa sawit Kalimantan. Orangutan dianggap sebagai hama yang merusak tanaman kelapa sawit milik perusahaan dan masyarakat.

Permasalahannya, kawasan hutan Kalimantan yang merupakan 'rumah' dan tempat mencari makan orangutan semakin sempit. Ruang jelajah mereka berubah menjadi kawasan perkebunan kelapa sawit.

"Sehingga orangutan masuk dalam perkebunan yang dulunya adalah wilayah hutan," ucap Nico.

Menurut dia, hal tersebut menjadi penyebab maraknya perburuan liar orangutan di perkebunan kelapa sawit Kalimantan. Bayi orangutan harus mendapatkan rehabilitasi agar nantinya mampu bertahan hutan saat dilepasliarkan di hutan Kalimantan.

Sebelumnya, BOSF memulangkan 6 orangutan illegal luar negeri ke Pusat Rehabilitasi Nyaru Menteng Kalimantan Tengah. 6 Primata ini hasil pemulangan satwa orangutan asli Kalimantan yang dipelihara warga asing di Kuwait dan Thailand.

Nico mengatakan 6 orangutan ini tiba di Tanah Air secara bergelombang sejak Oktober hingga November 2015. BOSF berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia dalam memulangkan 6 primata yang diyakini diperdagangkan secara illegal dari pemilik sebelumnya di Kuwait dan Thailand.

Orangutan bernama Moza, Junior, Sampit, Sawade, Warna dan Malee ini, kata dia, diterbangkan dari Bandara Soekarno Hatta tujuan Bandara Sepinggan Balikpapan. Selanjutnya, 6 orangutan tersebut menempuh perjalanan darat selama 14 jam tujuan Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng Palangkaraya.

"Kami harus hati-hati dalam berkendara agar orangutan tidak stres dalam perjalanan," ujar Nico.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya