Liputan6.com, Jakarta - Sebulan sebelum Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan menggusur permukiman di atas lahan terbuka hijau di Kalijodo, Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti mengaku sempat mengunjungi zona merah legendaris itu. Ia mengamati seperti apa kehidupan malam Kalijodo masa kini.
Pada 2001-2004, saat Krishna menjabat sebagai Kapolsek Penjaringan, ia sudah meratakan tempat-tempat perjudian, kemaksiatan, dan kafe remang-remang tersebut. Ia pun bernostalgia dengan mendatangi kawasan yang dulu berada di wilayah hukumnya.
"Setelah saya menjabat Direktur, 1,5 bulan yang lalu saya masuk ke sana sendiri. Ikut mengamati seperti apa Kalijodo sekarang," ujar Krishna di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (16/2/2016).
Krishna tak memungkiri banyaknya tempat hiburan yang ramai dikunjungi para tamu di sana, saat ia mengamati wajah Kalijodo sekarang. Namun ia lega, sepanjang pengamatan tak melihat adanya kelompok preman bersenjata seperti 15 tahun lalu. Krishna bahkan mampir di kafe dangdut milik Daeng Azis, Ketua Kelompok Preman Bugis setempat yang pernah menodongkan pistol ke arahnya.
Baca Juga
Advertisement
"Memang kafe-kafe masih tumbuh, hiburan malam masih ada. Kurang lebih 50 kafe. Tapi premanisme yang seperti dahulu tidak saya lihat (sekarang). Saya sengaja masuk ke kafenya dia (Azis). Azis punya satu kafe saja," kata Krishna.
Keduanya lalu bertemu. Krishna menyapa Azis lebih dulu yang sudah tidak mengenali dirinya. Menurut Krishna, Azis sosok yang cukup kooperatif, tapi perlu pendekatan dan sosialisi. Ia percaya, Azis yang menggebu-gebu menolak penggusuran Kalijodo akan mematuhi kebijakan Pemprov DKI jika diberikan pemahaman terus-menerus.
"Saya sebulan lalu ketemu dia, dia enggak ngenalin saya, 'Masih kenal saya engga?', (lalu Azis menjawab) 'Oh komandan itu Kapolsek.' Azis itu enggak masalah, sudah enggak ada masalah (dengan Krishna). Dia tidak seperti yang dibayangkan orang. Nurut, tapi butuh sosialisasi," papar Krishna.
Ia pun menegaskan bahwa Azis bukan keturunan suku Bugis yang bergelar Daeng. Sebutan itu diberikan pada Azis karena ia memiliki pengaruh di Kalijodo.
"Azis mengaku tokoh, dia bukan Daeng. Aziz kok namanya, Daeng kan gelar, dia mengaku Daeng? Bukan Daeng," tegas Krishna.