Liputan6.com, Jakarta - Industri dan korporasi meminta perbankan dalam negeri untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit. Saat ini, bunga kredit perbankan di Indonesia disebut yang tertinggi di antara negara ASEAN lain sehingga mengurangi daya saing industri.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, dalam penentuan tingkat bunga kredit, ditentukan oleh tiga faktor utama, di antaranya dana pihak ketiga (DPK), biaya overhead, dan premi risiko (risk premium) perbankan.
"Jadi mengenai tingkat bunga, memang kalau kita pelajari faktor pembentuk tingkat bunga. Ada 3 unsur besar, yaitu biaya DPK, overhead dan risk premium," ujar dia di Jakarta, Kamis (18/2/2016).
Baca Juga
Advertisement
Dia menjelaskan, yang paling mudah untuk dikendalikan oleh perbankan yaitu biaya overhead. Faktor ini bisa ditekan biayanya dengan mengadopsi kemajuan teknologi dalam operasional bank.
"Yang paling bisa dikendalikan bank adalah biaya overhead, perbankan bisa efisiensi. Betapa besarnya peran IT untuk memurahkan operasional perbankan. Kita harapkan overhead cost perbankan tidak terlalu besar," kata dia.
Selain itu, faktor kedua yaitu premi risiko. Faktor ini diakui yang paling mempengaruhi tingkat suku bunga perbankan. Namun menurut Bambang faktor ini juga sebenarnya bisa dikendalikan oleh perbankan supaya suku bunganya bisa diturunkan.
"Risk premium yang ada dalam pemahaman kita bisa membawa kepada ekonomi yang lebih baik. Ini juga bisa jadi faktor yang bisa dikendalikan bank," tutur dia.
Sedangkan DPK menjadi faktor yang dinilai sulit untuk dikendalikan oleh perbankan. Hal ini karena DPK bergantung pada kondisi makro di dalam negeri, model kebijakan moneter dan likuiditas.
Meski demikian, lanjut Bambang, pemerintah tetap berharap perbankan bisa menurunkan bunga kreditnya untuk mendorong kegiatan ekonomi di dalam negeri.
"DPK ini agak di luar jangkauan banker, karena tergantung pada kondisi makro, kebijakan moneter dan likuiditas. Memang harus ada solusi. Dalam jangka pendek harus ada intervensi, seperti relaksasi moneter dari bank sental," ujar dia. (Dny/Ahm)