Liputan6.com, Jakarta - PT Adhi Karya Tbk menerima perubahan jalur proyek kereta ringan (Light Rail Transit/LRT) Jabodetabek karena harus mengalah demi megaproyek kereta cepat (High Speed Train/HST) Jakarta-Bandung. Paling penting, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini sedang memperjuangkan usulan ikut serta dalam investasi sarana di LRT.
Direktur Utama Adhi Karya, Kiswodarmawan mengungkapkan, tumpang tindih trayek LRT dan kereta cepat diserahkan sepenuhnya kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sebagai otoritas. Hal ini terjadi karena adanya persinggungan jalur di bagian Selatan (Bekasi).
"Kami serahkan ke otoritas, Kemenhub. Dulu kan LRT sudah ditetapkan di Selatan, ternyata HST datang juga mau di Selatan tol. Jadi tumpang tindih," ucap dia saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (18/2/2016).
Perpindahan jalur tersebut telah disepakati menjadi tanggungan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Dengan demikian mulai dari pengadaan lahan baru untuk rute LRT menjadi kewajiban perusahaan penggarap kereta cepat Jakarta-Bandung itu.
Baca Juga
Advertisement
"Saya dengar KCIC mau membebaskan lahan untuk menempati jalur LRT. Tapi itu urusan Kemenhub, kita mau di mana saja boleh, karena LRT kan di atas (melayang)," jelas Kiswodarmawan.
Menurutnya, perpindahan jalur tersebut tentu ikut mengubah nilai investasi pembangunan LRT yang ditaksir sekitar Rp 7 triliun. Proyek transportasi publik ini diharapkan rampung pada 2018 karena tumpang tindih trase tersebut bisa selesai dalam waktu sebulan dari sekarang.
"Tidak banyak perubahan investasi, sedikit saja. Kan cuma sesenti, dua sentimeter. Berapa duit sih. Tapi saya sendiri kan tidak tahu disuruh jalurnya mau ke mana," ucap Kiswodarmawan.
Pembangunan LRT oleh Adhi Karya terdiri dari dua tahap dengan total jarak sepanjang 83,6 kilometer (km). Tahap I meliputi ruas Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang, Cawang-Dukuh Atas sepanjang 42,1 km. Sementara rute Cibubur-Bogor, Dukuh Atas-Palmerah-Senayan, dan Palmerah-Grogol sepanjang 41,5 km dibangun pada tahap ke-II.
Tertarik Bangun Jalan dan Stasiun LRT
Emiten berkode ADHI ini kepincut menanamkan modal dengan membangun jalan dan stasiun LRT. Dalam proyek tersebut, perseroan akan berduet dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI).
"Kita institusi yang bertanggungjawab membuat sarana dan sistemnya. Saya mengusulkan seperti itu, Adhi Karya dan KAI untuk investasi sarana supaya sinkron. Tapi ini masih harus dibahas di tingkat Menteri," terang Kiswodarmawan.
Ia mengaku, porsi investasi di pembangunan sarana LRT ini mengikuti bagian yang diberikan pemerintah. Yang pasti, Adhi Karya sudah siap dengan modalnya sebesar 30 persen dari total investasi LRT senilai Rp 30 triliun.
"Soal besarannya terserah pemerintah, saya ikut saja. Kita paling siap karena sudah belajar LRT. Total investasi 30 persen dari total investasi itu," papar Kiswodarmawan.