Liputan6.com, Jakarta - Biasanya band beraliran pop yang memiliki lagu-lagu berirama lembut, selalu diterima di Indonesia. Akan tetapi, hal itu tak berlaku untuk Fairis. Band asli Jakarta ini justru lebih diterima di Malaysia setelah musik mereka beberapa kali ditolak label Indonesia.
Terdiri dari Moe (Vokal), Bima (guitar), Dimas (Keyboard), Daniel (Bass), dan Byan (drum), Fairis menyajikan format musik pop yang belakangan diidentikkan sebagai irama Melayu. Berkat itulah nama mereka jadi dikenal di negeri tetangga.
Baca Juga
Advertisement
Nama Fairis sendiri diambil dari kata Fairy yang memiliki arti peri. "Kami kepikiran memakai kata peri karena berharap supaya karya-karya kami dalam yang dianggap kecil dan sederhana ini, bisa terdengar indah dan diterima oleh masyarakat luas baik dalam maupun luar negeri," terang Dimas saat diwawancarai Liputan6.com di SCTV Tower, Jakarta, Senin (15/2/2016) lalu.
Lebih unik lagi, Fairis yang didirikan di kota Jakarta ini, terbentuk pada 17 Agustus 2012, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan, tanggal tersebut juga bertepatan dengan bulan Ramadhan. Sejak awal terbentuk, Fairis hanya terdiri dari tiga orang personel, yaitu Moe, Bima, dan Dimas. Sementara dua personel lainnya menyusul.
Fairis pertama kali merilis album yang berada di bawah label asal Malaysia, Insictech Musicland Malaysia. Album bertajuk Violet itu, memiliki 10 lagu yang sangat kental dengan bahasa Indonesia. Tembang-tembang seperti 'Bintang Milikku', 'Awal Cinta', hingga 'Cinta Yang Kau Pilih' telah membius pendengar musik Malaysia.
Kabar baiknya, single pertama Fairis di Indonesia telah dirilis pada Agustus 2015, bulan yang sama seperti saat band ini berdiri. Fairis juga tak menolak jika mereka disebut sebagai band Melayu, meskipun mereka menyebut indentitas musiknya sebagai pop yang simple.
Di masa depan, Fairis berencana merilis album perdana yang dipasarkan di Indonesia. Mereka juga berharap agar karya-karyanya yang diaransemen secara sederhana itu, mampu dibawakan oleh banyak orang mulai dari para musikus, anak-anak remaja, para pekerja di luar seni, hingga pengamen.