Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatatkan volume produksi tahunan tertinggi dalam sejarahnya pada 2015.
Mengutip keterangan yang diterbitkan, Kamis (18/2/2016), volume produksi perseroan naik tiga persen menjadi 81.177 metrik ton dibandingkan volume produksi yang dicapai tahun sebelumnya di kisaran 78.726 metrik ton.
Ada pun volume produksi pada kuartal IV 2015 naik sekitar 8 persen dibandingkan volume produksi pada kuartal IV 2014. Selain itu, ada kenaikan sekitar 1 persen dari kuartal III 2015.
"Volume produksi pada kuartal IV 2015 sekitar 22.302 metrik ton juga merupakan produksi kuartal tertinggi dalam sejarah perseroan. Kami menargetkan volume produksi tahunan tetap sekitar 80 ribu metrik ton nikel pada 2016," ujar Nico Kanter, Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk.
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya perseroan membukukan laba bersih turun mencapai 60,21 persen lantaran harga nikel masih rendah. Laba bersih perseroan susut menjadi US$ 51,85 juta atau sekitar Rp 699,33 miliar (asumsi kurs Rp 13.485 per dolar Amerika Serikat) hingga kuartal III 2015 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 130,35 juta.
Pendapatan turun 20,60 persen menjadi US$ 613,13 juta atau sekitar Rp 8,26 triliun hingga September 2015. Kinerja susut ini dipicu dari harga realisasi rata-rata per metrik ton melemah 21,83 persen menjadi US$ 10.254 hingga September 2015 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 13.119.
Sementara itu, perseroan mencatatkan penjualan nikel naik menjadi 59.796 metrik ton (Mt) selama sembilan bulan pada 2015 dari periode sama tahun sebelumnya 58.867 Mt. Produksi nikel mencapai 58.875 mt hingga kuartal III 2015 dari periode sama tahun sebelumnya 58.141 mt.
Nico Kanter menuturkan pihaknya terus melanjutkan upaya untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi. Pada kuartal III 2015, perseroan dapat menurunkan beban pokok pendapatan kas per unit secara kuartalan yang lebih rendah dari periode sama tahun sebelumnya.
"Untuk laba pada kuartal III 2015 mencapai US$ 10 juta. Laba kami tetap positif di tengah siklus harga komoditas yang sulit karena kami sangat fokus dalam implementasi strategi bisnis perseroan," ujar Nico dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), pada 23 Oktober 2015. (Ahm/Igw)