Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mencatat penurunan konsumsi Solar subsidi sepanjang 2015 lalu. Salah satu faktor yang mendorong penurunan konsumsi Solar karena sudah dipangkasnya subsidi untuk Solar menjadi hanya Rp 1.000 per liter saja.
Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution Pertamina Iskandar mengatakan, total penjualan Solar subsidi sepanjang 2015 mencapai 13,98 juta kilo liter (KL) jauh. Jumlah tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau pada 2014 yang mencapai 15,95 juta KL
"Konsumsi Solar subsidi pada 2015 mengalami penurunan 13 persen jika dibandingkan dengan konsumsi di 2014," kataIskandar, diJakarta, Jumat (19/2/2016).
Baca Juga
Advertisement
Iskandar menambahkan, penurunan konsumsi Solar tersebut bukan disebabkan oleh persaingan dengan badan usaha lain. Alasannya, badan usaha lain juga mengalami penurunan penjualan juga.
"Jadi ini penurunan bukan diambil pesaing. AKR juga konsumsi di bawah target, jauh dari 600 ribu KL penyalurannya. Realisasi hanya 200 ribu KL," tuturnya.
Penurunan konsumsi tersebut disebabkan ditetapkannya subsidi tetap pada Solar sebesar Rp 1.000 per liter. Dengan begitu Solar tidak lagi menjadi komoditas yang disalahgunakan.
Selama ini memang penyaluran Solar sering disalahgunakan dengan membeli Solar subsidi untuk dijual kembali kepada industri. Selisih antara Solar subsidi dengan Solar untuk industri sebelum ditetapkan subsidi tetap cukup besar. Namun dengan adanya subsidi tetap ini maka keuntungan dari penyalahgunaan lebih kecil ketimbang risiko.
"Celah kecurangan tidak ada, Diketahui sebelum 2014 banyak isi truk penuh dijual ke industri, sekarang subsidnya hanya Ro 1.000 per liter itu tidak menarik. Turunnya kelihatan di daerah seperti di kalimantan sebelumnya ada antrian," terang Iskandar.
Ia melanjutkan, penyebab lain adalah menurunnya konsumsi Solar adalah penurunan aktivitas transportasi darat karena pelambatan ekonomi yang terjadi sepanjangan 2015.
"Solar turun 13 persen dibanding 2014 pengaruh transportasi darat untuk barang menurun," tutup Iskandar. (Pew/Gdn)