Liputan6.com, Naoshima - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong industri pengolahan dan pemurnian hasil tambang/smelter memperluas produksi dan investasi sehingga menciptakan nilai tambah lebih tinggi.
Langkah itu diharapkan memperkuat struktur industri karena memasok kebutuhan bagi industri lainnya.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan hal itu saat mengunjungi smelter tembaga milik Mitsubishi Materials di Naoshima, Jepang pada Jumat 19 Februari 2016.
Di Indonesia, Mitsubishi Materials telah membangun dan mengoperasikan PT Smelting di Gresik, Jawa Timur.
Menggenggam saham mayoritas, Mitsubishi Materials bermitra dengan pemegang saham lainnya yaitu PT Freeport Indonesia, Mitsubishi Corporation dan Nippon Mining and Metals Co Ltd.
Baca Juga
Advertisement
"Sebagai perusahaan multinasional yang menguasai teknologi, saya minta Mitsubishi mengembangkan pengolahan tembaga lebih lanjut di Indonesia. Karena, smelter yang di Gresik baru menghasilkan katoda tembaga," ujar Saleh dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/2/2016).
Katoda tembaga, ia menuturkan terbatas hanya memasok industri kabel listrik. Untuk itu, smelter diminta mengembangkan industri antara yang selanjutnya mengolah tembaga untuk industri otomotif dan elektronika.
"Artinya jelas, ekspansi smelter akan meningkatkan nilai tambah, penghiliran hasil tambang, dan memperkuat industri strategis otomotif dan elektronika itu," ujar dia,
Selain itu, produk yang dihasilkan industri hilir lebih tahan terhadap fluktuasi harga komoditas bahan mentah.
"Bagi Mitsubishi, Indonesia merupakan mitra penting dalam pengusahaan dan pengolahan tembaga," ujar Chairman Mitsubishi Materials Corporation Hiroshi Yao.
Ada pun tembaga digunakan dalam beragam industri seperti produksi peralatan rumah tangga, elektronik, komputer, HP, otomotif, kereta hingga pesawat terbang.
Presiden Direktur PT Smelting Kenichi Watase mengatakan, smelter Mitsubishi di Naoshima ini menggunakan bahan baku sebagian besar dari Chili, disusul Kanada, Peru, Papua Nugini dan Indonesia yaitu PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara.
Pertemuan dengan Kankeiren
Delegasi Kemenperin juga bertemu dengan Kansai Economic Federation (Kankeiren) di Osaka.
"Kankeiren memberi dukungan kepada perusahaan Jepang yang akan berinvestasi di luar negeri. Sejak 1980, kami memberi pelatihan teknologi dan manajemen dan perusahaan Indonesia termasuk yang pertama kami gandeng dalam pelatihan itu, tujuannya untuk meningkatkan kemampuan SDM dan usaha," ujar Vice Chairman Kankeiren Masayuki Matsushita.
Ia mengatakan, Kankeiren akan mengunjungi Indonesia pada Maret 2016. Salah satunya ke Kemenperin untuk berdialog dan menjajaki peningkatan kerja sama lebih erat. Tahun ini, mereka akan memberikan pelatihan moulding kepada industri kecil dan menengah (IKM) Indonesia.
Saleh menuturkan, pemerintah Indonesia mengundang perusahaan Jepang terutama anggota Kankeiren untuk menambah penanaman modal di Indonesia. Ke depan, dengan pembangunan 14 kawasan industri dan diluncurkannya paket kebijakan ekonomi, diharapkan pengusaha Jepang memanfaatkan momentum pertumbuhan serta kemudahan investasi. (Nrm/Ahm)