Sianida, Si Pembunuh Rahasia Sejak Perang Dunia

Sianida merupakan zat kimia yang bereaksi cepat dan mematikan, namun sebenarnya zat ini juga ada di makanan yang biasa kita makan.

oleh Melodia diperbarui 21 Feb 2016, 19:44 WIB
Setelah bom Sarinah, kasus kematian Wayan Mirna Salihin kembali jadi perhatian. Polisi positif menemukan sianida dosis tinggi di lambungnya

Liputan6.com, Jakarta Sianida merupakan zat kimia bereaksi cepat, berpotensi mematikan dan bisa berbentuk baik gas ataupun berbentuk kristal garam. Kedua bentuk ini sama-sama mematikan dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Beberapa orang mampu mendeteksi bau khas dari sianida ini yang menyerupai almond pahit, walaupun hal tersebut tidak bisa dijadikan patokan, dan tidak semua orang bisa mendeteksinya.

Sianida dapat ditemukan pada alam seperti halnya juga dengan sianida buatan manusia. Contohnya adalah pada bibit apel dan persik, pada rokok dan material untuk pestisida. Menurut situs Health.ny.gov, Sianida juga bisa terdapat pada udara ketika sebuah gedung terbakar. Umumnya akibat dari benda-benda plastik--yang mana mengandung sianida--yang terbakar. 

Umumnya sianida dipakai pada industri manufaktur untuk memproduksi kertas, plastik, dan tekstil. Pemakaian sianida juga bisa untuk membunuh hama pada gedung dan kapal. Sianida juga digunakan pada industri pertambangan, utamanya untuk pertambangan emas. Namun selain penggunaan pada industri, sianida juga berperan dalam sejarah dunia.

Sianida terkenal digunakan untuk membunuh manusia semenjak Perang Dunia II dalam bentuk gas. Namun zat ini juga terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

Orang bisa terpapar zat ini dalam jumlah yang rendah dalam kehidupan sehari-hari mereka melalui makanan, rokok, dan sumber lainnya. Makan atau minum yang mengandung sianida dapat mempengaruhi kesehatan. Menghirup gas sianida, terutama dalam ruangan yang tidak memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki potensi paling berbahaya.

Bagaimana cara kerjanya di tubuh?

Setelah terpapar, sianida dengan cepat memasuki saluran darah. Tubuh mempunyai reaksi berbeda terhadap sianida berdasarkan jumlahnya. Dikutip dari Studi.com, Minggu (21/2/2016),  dalam dosis kecil, sianida pada tubuh bisa diubah menjadi thiocyanate, yang mana lebih tidak berbahaya dan dapat dikeluarkan melalui urine.

Sianida dalam jumlah kecil juga dapat dikombinasikan dengan zat kimia lain di dalam tubuh untuk membentuk vitamin B12, yang mana membantu menjaga kesehatan syaraf dan sel darah merah.

Namun dalam dosis besar, kemampuan tubuh untuk mengubah sianida menjadi thiocyanate menjadi berlebihan. Dosis besar sianida mencegah sel-sel menggunakan oksiden dan pada akhirnya sel-sel tersebut akan mati. Jantung, sistem pernafasan dan pusat sistem syaraf adalah hal yang paling rentan jika tubuh keracunan sianida.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya