Potret Menembus Batas: Daulat Dangdut 4

Masih ada yang tidak mencintai dangdut meski dangdut kini mulai diterima masyarakat dunia.

oleh Liputan6 diperbarui 22 Feb 2016, 02:31 WIB
Masih ada yang tidak mencintai dangdut meski dangdut kini mulai diterima masyarakat dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi para anggota tentara, mempertahankan kedaulatan republik adalah keharusan, apapun risikonya. Was-was, semua bisa terjadi karena desing peluru tak selalu mudah diketahui arah datangnya.

Tugas negara beradu dengan lelah yang bertubi. Rindu keluarga, lelah fisik, beradu dengan kondisi yang harus selalu waspada. Meski rasa lelah menyelimuti, tapi harus ada bahagia yang terus ditumbuhkan dari dalam diri. Akhirnya, dangdut menyapa dan jadi pelepas dahaga rindu serta ketegangan.

Patriot tumbuh dari rakyat. Demikian pula dengan dangdut, penat dan gelisah luruh di sini. Seperti pagelaran yang hadir di sela keuntungan dalam sukses berkarya misalnya, dirayakan dalam buaian dangdut. Musik ini seolah setia mengiringi mimpi, termasuk bagi biduan yang baru meretas harapan dari panggung ke panggung di kampung.

Kegembiraan yang hadir dalam pentas dangdut mampu tampil apa adanya. Hal itu mendekatkan pemimpin dan rakyatnya. Bukan karena liriknya, bukan karena nadanya. Tetapi, jiwa yang diajak bergembira.

Dangdut pun telah menjadi sarana komunikasi paling efektif. Di dalam dangdut, batas negara bahkan benua jadi tanpa batas karena dangdut yang menyatukan.

Dangdut mengubah suasana. Dangdut hadir layaknya cinta. Dangdut, anak kandung rakyat.

Saksikan bagaimana dangdut telah berhasil menembus batas negara dan benua selengkapnya dalam tayangan Potret Menembus Batas SCTV, Minggu (21/2/2016), di bawah Ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya