Liputan6.com, Jakarta Di era teknologi yang semakin canggih, kita sebagai pasien punya hak menentukan apa yang terbaik untuk diri sendiri. Lebih baik kritis di awal daripada menyesal di akhir.
"Sekarang kita bisa browsing apa saja. Tidak ada salahnya seorang pasien menanyakan apa diagnosis yang terjadi pada dirinya, apa rencana perawatannya, dan apa hasil akhir yang diharapkan si dokter," kata Oral Medicine Spesialist di Difa Oral Health Center, drg Widya Apsari, Sp. PM.
Bercermin dari kasus yang pernah menimpanya, Widya selalu membebaskan calon pasien bertanya apa saja yang ingin dia ketahui. "Saya tidak pernah bilang bahwa pendapat saya paling benar. Sebagai pasien, dia juga harus menentukan sikap. Karena memang mereka berhak untuk tahu," ujar Widya.
Baca Juga
Advertisement
Termasuk saat mendatangi dokter gigi karena gigi ada yang berlubang. Pasien tidak boleh pasrah saja ketika dokter menyarankan dia untuk menambal gigi yang bolong itu. "Gigi berlubang tidak semena-mena harus ditambal. Gigi berlubang itu itu ada diagnosisnya," kata Widya dalam diskusi 'Menjadi Pasien Cerdas Menuju Masyarakat Indonesia Bebas Penyakit Gigi dan Mulut' di Jl. Benda Raya nomor 98 G, Kemang-Ampera, Cilandak Timur, Jakarta pada Minggu (21/2/2016) siang.
Menurut Widya, perawatan gigi berlubang tergantung dari diagnosisnya. Ada yang cuma dirapikan lapisan pertamanya, kedua, ketiga, atau yang sudah kena saluran sarafnya.
"Dulu waktu saya masih menjadi dokter gigi umum, tidak pernah tahu seperti itu. Ada pasien yang datang dengan keluhan gigi berlubang, saya tambal saja, kalau dia menjerit kesakitan itu tanda ada kebocoran. Ternyata tidak begitu. Karena memang harus sesuai diagnosisnya," kata Widya bercerita.