Ini Tantangan e-Commerce Indonesia di 2016

Salah satu hal yang dapat menghambat perkembangan e-Commerce di Indonesia adalah keengganan masyarakat untuk melakukan transaksi online.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 22 Feb 2016, 17:09 WIB
CEO Lazada Indonesia, Magnus Ekbom. Liputan6.com/Agustinus Mario Damar

Liputan6.com, Jakarta - e-Commerce sering disebut sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini bukan tanpa alasan sebab dengan jumlah penduduk dan penetrasi internet yang bertumbuh pesat, Indonesia merupakan salah satu pasar potensial e-Commerce.

Kendati demikian, perkembangan e-Commerce sendiri bukan tanpa halangan. Hal itu diungkapkan Kun Arief Cahyantoro, pengamat e-Commerce dari Institut Teknologi Bandung (ITB), saat acara bertajuk "Indonesia Pegang Smartphone" yang diselenggarakan Lazada Indonesia.

Menurutnya, salah satu hal yang dapat menghambat perkembangan e-Commerce di Indonesia adalah keengganan masyarakat untuk mulai melakukan transaksi online. Dari data yang diperoleh pada 2015, ada 80 persen pengguna intenet yang mengecek harga tanpa melakukan transaksi.

"Selain itu, masih ada 60,9 persen pengguna intenet yang masih takut melakukan transaksi online," ujar Kun, saat di Jakarta, Senin (22/2/2016). 

Kendala e-Commerce terkait keamanan merupakan tren yang tak berubah sejak 2012. Kun melanjutkan berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) masih banyak pengguna internet yang enggan untuk berbelanja online karena masalah keamanan data.

Tak hanya itu, masih cukup banyak pengguna internet yang masih ingin merasakan transaksi secara tradisional. Ia menuturkan bahwa ada 21,5 persen pengguna internet yang tidak ingin membeli barang tanpa pernah merasakannya terlebih dulu. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan barang yang dibeli benar-benar sesuai dengan keinginan.

Tak hanya itu, masalah online payment juga menjadi salah satu halangan yang dihadapi pasar e-Commerce di Indonesia. Terlebih, menurutnya, saat ini sudah dimulai era pasar terbuka dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Kebutuhan akan pembayaran digital yang lebih aman jelas dibutuhkan.

"Dengan berkembangnya e-Commerce, selayaknya dapat mempercepat penggunaan e-money untuk mendukung transaksi yang lebih cepat dan aman," ucap Kun.

Di sisi lain, Kun juga menuturkan bahwa potensi e-Commerce juga masih sangat besar. Dengan pertumbuhan pengguna internet hampir 1,5 persen tiap tahunnya, jelas hal itu akan sangat mendukung perkembangan pasar e-Commerce di Tanah Air.

Oleh sebab itu, halangan-halangan itu sebaiknya dapat segera diselesaikan sebelum 2020. Sebab, 2020 sering disebut menjadi golden moment untuk kebangkitan ekonomi digital di Indonesia.

(Dam/Cas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya