Liputan6.com, Garut - Bencana tanah bergerak atau retakan tanah merusak dinding dan lantai 50 rumah di Desa Sindangsari, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Retakan tanah selebar sekitar 20 centimeter juga membuat 170 rumah terancam rusak.
Warga yang meninggalkan rumah ditampung sementara di bangunan SDN 2 Lengkong, sekaligus sebagai posko penanggulangan bencana pergerakan tanah tersebut.
"Saat ini jumlah warga yang berada di posko pengungsian sekitar 39 orang, sedangkan yang lainnya memilih tinggal di rumah kerabatnya," ucap juru bicara Polda Jabar Kombes Pol Sulistyo Pudjo Hartono melalui telepon seluler, seperti dikutip dari Antara, Senin (22/2/2016).
Baca Juga
Advertisement
Lantaran ditinggal mengungsi, menurut Pudjo, polisi menjaga lokasi bencana alam pergerakan tanah yang melanda permukiman penduduk Desa Sindangsari, Kecamatan Cisompet, Garut. Terutama untuk menghindari aksi pencurian barang berharga di rumah yang ditinggalkan warga.
"Langkah polisi yang dilakukan mencegah agar tidak dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan untuk melancarkan aksinya," ujar Pudjo.
Ia menuturkan penjagaan dilakukan dengan membuat posko keamanan di lokasi yang berdekatan dengan rumah penduduk. Selain mengamankan rumah kosong, imbuh Pudjo, untuk penjagaan agar warga tidak kembali menempati rumah yang terancam bahaya bencana susulan.
"Kami juga mencegah masyarakat menempati kembali lokasi rumah tersebut sampai ada keputusan resmi dari pemerintah daerah," lanjut Pudjo.
Informasi yang dihimpun kepolisian, bencana pergerakan tanah di Desa Sindangsari, Kecamatan Cisompet, Garut sudah terjadi sejak Jumat 19 Februari 2016.
Bukan Bunyi Ledakan
Adapun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Jawa Barat, menyatakan tidak ada suara ledakan seperti yang didengar warga saat terjadi bencana pergerakan tanah melanda Desa Sindangsari.
"Hanya bunyi seperti gemuruh dan bunyi retakan tanah dan tembok saja, tidak ada ledakan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut Dadi Djakaria seperti dikutip dari Antara, Sabtu 20 Februari 2016 malam.
Ia menuturkan bencana pergerakan tanah itu melanda permukiman penduduk di Dusun Ciawi dan Dusun Lengkong yang menimbulkan kerusakan bangunan rumah warga. Bencana pergerakan tanah itu disebabkan hujan deras mengguyur kawasan tersebut.