Liputan6.com, Aleppo - Di tengah kecamuk konflik yang tiada akhir, gencatan senjata akan kembali diberlakukan di Suriah. Amerika Serikat dan Rusia mengumumkan bahwa rencana itu berlaku pada tengah malam tanggal 27 Februari 2016 waktu setempat.
Pada 12 Februari kemarin, disepakati gencatan senjata yang akan berlaku dalam waktu sepekan Meski ada kekhawatiran batas waktu yang telah disepakati itu tak bisa dilakukan.
"Presiden AS Barack Obama telah menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas upaya untuk menetapkan penghentian permusuhan di Suriah. Setelah itu lah pernyataan bersama Rusia-AS dirilis," jelas pihak Gedung Putih seperti dikutip dari BBC, Selasa (23/2/2016).
Pernyataan bersama AS-Rusia menyebutkan gencatan senjata berlaku bagi "pihak-pihak yang terlibat konflik Suriah yang mengisyaratkan keinginan dan penerimaan mereka terhadap berbagai persyaratan".
Baca Juga
Advertisement
Melalui sebuah pernyataan bersama, mereka menyebutkan persetujuan tersebut tidak memasukkan kelompok ISIS dan Front Nusra 'sahabat' Al-Qaeda.
"Serangan udara oleh Suriah, Rusia dan koalisi pimpinan AS terhadap kelompok-kelompok itu akan terus berlanjut," sambung pernyataan itu.
Dalam pernyataan itu juga disebutkan bahwa kelompok-kelompok oposisi bersenjata yang ambil bagian harus mengonfirmasi partisipasinya pada tengah hari tanggal 26 Februari waktu setempat Sehingga pesawat Rusia dan Suriah akan menghentikan serangan-serangan atas kelompok oposisi bersenjata.
Sementara itu kini kekerasan terus terjadi di Suriah. Sekitar 140 orang tewas karena pemboman di Homs dan Damaskus pada hari Minggu (21 Februari).
Lebih 250.000 warga Suriah meninggal dalam konflik yang mulai terjadi pada bulan Maret 2011.
Sekitar 11 juta orang lainnya terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya. 4 juta orang melarikan diri ke luar negeri, termasuk orang-orang yang melakukan perjalanan berbahaya ke Eropa.
Secara terpisah, pemerintah Suriah telah menggadang-gadang akan menggelar pemilihan parlemen pada 13 April. Sebelumnya dilakukan terakhir pada 2012 -- pesta demokrasi di sana diadakan setiap 4 tahun.
Kerja Sama AS-Rusia
Rusia dan AS bekerja sama untuk menggambarkan wilayah kelompok yang menunjukkan komitmen mereka untuk menerima gencatan senjata dan menghentikan perang. Kesepakatan itu juga termasuk diperbolehkannya sebuah hotline komunikasi dan panggilan untuk kelompok pemantau pelanggaran gencatan senjata.
Kelompok oposisi utama Suriah, High Negotiations Committee, menyatakan akan menerima gencatan senjata tetapi komitmennya tergantung pada pencabutan pengepungan, akhir serangan terhadap warga sipil, pembebasan tahanan dan pengiriman bantuan.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry menyambut kesepakatan itu.
"Jika dilaksanakan dan dipatuhi, gencatan senjata ini tidak hanya akan menyebabkan penurunan kekerasan, tetapi juga terus memperluas pengiriman bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan untuk daerah yang terkepung."
Pada Sabtu 21 Februari, Presiden Assad mengatakan ia akan siap untuk gencatan senjata, jika apa yang ia sebut "teroris" tidak mengambil keuntungan dari ketenangan dalam pertempuran. Tapi sebelumnya dia meragukan keberhasilan gencatan senjata.
Pasukan pemerintah Suriah yang didukung oleh kelompok serangan udara Rusia, telah berhasil menguasai pemberontak di sekitar kota utara Aleppo. Para pengamat mengatakan akan ada skeptisisme besar tentang kemungkinan gencatan senjata yang efektif, mengingat masih ada pertempuran saat ini dan terjadi kegagalan tenggat waktu sebelumnya.
Serangan udara juga akan terus dilakukan dan tidak jelas apakah pasukan Kurdi yang berada di utara memicu tembakan artileri dari Turki, akan mematuhi gencatan senjata tersebut.