Menkeu Sodorkan Revisi Anggaran Negara Setelah Mei 2016

Beberapa perkembangan yang melatarbelakangi perubahan APBN adalah harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 23 Feb 2016, 11:01 WIB
Menkeu Bambang Brodjonegoro menyimak pernyataan Badan Anggaran (Banggar) DPR ketika rapat kerja di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (17/2). Rapat tersebut membahas situasi perekonomian 2015 dan proyeksi perekonomian pada 2016. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) segera mengajukan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2016. Rencana pengajuan RAPBNP 2016 tersebut dijadwalkan setelah Mei 2016 dengan kepastian merevisi harga minyak dunia, nilai tukar rupiah dan penerimaan negara.

Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan, revisi APBN 2016 bakal disodorkan selepas pembicaraan pendahuluan untuk APBN 2017. Pengajuan ini juga didasari oleh beberapa perkembangan kondisi ekonomi setelah APBN 2016 bergulir.

“Bulan Mei kami ada pembicaraan pendahuluan untuk (APBN) 2017, mungkin waktu terbaik untuk APBNP adalah sesudah kami bicarakan pendahuluan 2017, itu perkiraan kasarnya pengajuan APBNP 2016,” katanya dikutip melalui laman resmi Kemenkeu, Jakarta, Selasa (23/2/2016).

Beberapa perkembangan yang melatarbelakangi perubahan APBN adalah penurunan harga minyak yang cukup drastis serta nilai tukar rupiah yang turut bergerak dari asumsi pada APBN 2016.

“Asumsi kami US$ 50 per barel, kondisi hari ini fluktuatif karena kadang-kadang US$ 30-US$ 35 per barel sehingga nanti kita harus membuat asumsi baru untuk harga minyak. Sementara proyeksi pemerintah di APBN 2016 sebesar US$ 50 per barel,” jelas Menkeu.

Dengan perkembangan harga minyak tersebut, pengaruhnya akan terasa pada PNBP Migas serta PPh Migas. “Jadi kombinasi itu akan membuat struktur penerimaan kita berubah,” ucapnya.

Sementara itu untuk nilai tukar, Menkeu menyampaikan bahwa ada kemungkinan rata-rata nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS akan lebih rendah dari yang ditargetkan dalam APBN 2016.

“Rupiah kan kami pakai Rp 13.900, ada kemungkinan rata-rata nilai tukarnya di bawah itu. Tapi apakah turunnya ke Rp 13.500 atau lebih turun kita harus lihat perkembangan terakhir,” tandas Bambang. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya