Liputan6.com, Jakarta Pada tahun 2009, United Nations Environment Programme mengeluarkan laporan yang menganalisis sampah lautan dari 12 daerah berbeda di seluruh penjuru dunia. Seperti dikutip dari Livestrong, Selasa (23/2/2016), ketika membaca laporan ini Wakil Sekjen PBB Achim Steiner mengeluarkan larangan penggunaan kantong plastik satuan.
Baca Juga
Advertisement
Bagi kebanyakan orang, kantong plastik adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun efek samping yang disebabkan oleh benda ini layak untuk dikaji ulang.
Statistik Penggunaan
Menurut Californians Against Waste, penduduk Kalifornia sendiri saja sudah menggunakan 19 miliar kantong plastik setiap tahunnya. Hal ini menghabiskan biaya sekitar 25 juta dollar per tahun untuk memastikan sampah kantong plastik sampai ke tempat pembuangan utama.
Biayanya akan bertambah mencapai miliaran dollar jika Anda menambahkan biaya yang dibutuhkan untuk membersihkan sampah, termasuk kantong plastik, dari aliran air.
The Worldwatch Institute mengklaim penduduk Amerika secara keseluruhan membuang 100 miliar kantong plastik setiap tahunnya. Dan hanya satu persen dari jumlah tadi yang berhasil didaur ulang.
Sementara itu, data dari Kementerian Lingkungan Hidup mengatakan:
- Dalam tiap menit, Indonesia menggunakan lebih dari satu juta kantong plastik.
- Setiap tahun produksi kantong plastik menghabiskan 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon.
- Rata-rata orang Indonesia menggunakan 700 kantong plastik per tahun.
- Jika kantong plastik dibuang begitu saja setiap harinya, jumlahnya bisa menutupi seluruh kota Bandung.
Sampah Lautan
Sampah Lautan
Polusi kantong plastik adalah masalah besar di dunia. Mulai dari lautan dalam di Mediterania sampai ke pantai Laut Merah di Yaman, sampah yang paling banyak ditemukan adalah kantong plastik. Hal ini menurut data yang dipublikasikan oleh United Nations Environment Programme pada tahun 2009.
Kantong plastik tidak hanya menghancurkan keindahan tepi pantai dan jalur air, mereka juga menghancurkan kehidupan alam. Californian Against Waste memperkirakan, sampah lautan membunuh lebih dari 100 ribu penyu laut dan mamalia setiap tahunnya.
Sampah Daratan
Kantong plastik menyebabkan masalah di darat sekaligus di air. Mereka tidak terurai, sehingga mengambil tempat secara permanen di daratan. Ketika mereka berada di atas tanah, sangat mudah bagi kantong plastik untuk bertebaran. Mulai dari terbawa angin, tersangkut di pagar-pagar atau malah di atas pohon.
Ketika kantong plastik yang bisa terurai diproduksi, produsennya mengalami masalah dengan Federal Trade Commission karena dibutuhkan kondisi khusus untuk membuat kantong plastik tadi mengurai. Untuk bisa terurai diperlukan paparan sinar matahari langsung, sampai ke campuran oksigen dan air di tanah yang sebenarnya jarang ditemui di daratan.
Efeknya bagi lingkungan
Kantong plastik dibuat dari polimer atau polimer resin, yang keduanya membutuhkan minyak atau gas alam untuk dimanufaktur. Menurut The New York Times, 100 juta kantong plastik yang digunakan di Amerika membutuhkan kira-kira 12 juta barel minyak bumi untuk diproduksi.
Karena sekitar 25 persen kantong plastik dibuat di Asia, semakin banyak bahan bakar alam yang dibutuhkan untuk mentransportasikan kantong plastik tadi ke tempat tujuan mereka.
Solusi yang memungkinkan
Menurut Worldwatch International, Irlandia mulai memberi pajak pada kantong plastik pada tahun 2002. Hasilnya, penggunaan kantong plastik mengalami penurunan sebanyak 95 persen.
Tas kanvas atau katun yang bisa digunakan ulang menyingkirkan kebutuhan untuk menggunakan kantong plastik sama sekali.
Beberapa negara lain mulai menerapkan peraturan yang sama, seperti Denmark, India, Jerman, Italia, dan Inggris. Dan sekarang, sebagian kota di Indonesia juga mulai menerapkan peraturan yang sama.
Advertisement