Liputan6.com, Barcelona - Akademi sepak bola milik Barcelona, La Masia, sudah lama terkenal sebagai penghasil talenta-talenta berbakat yang kemudian muncul sebagai superstar. Nama-nama seperti Lionel Messi, Anders Iniesta, serta Xavi Hernandez, semuanya berasal dari La Masia.
Baca Juga
- Ceroboh, Suarez Ketinggalan Paspor Jelang Terbang ke London
- Mobil-mobil yang Mengantar Rio Haryanto Hingga ke Formula 1
- Saat Anang Hermansyah Bicara Kisruh Sepak Bola Indonesia
Advertisement
Beberapa bintang La Masia, bahkan sempat bersinar terlebih dahulu di luar, sebelum kembali ke Barcelona. Sebut saja Gerard Pique yang sempat mentas di Manchester United, atau Cesc Fabregas yang menjulang pertama kali bersama Arsenal.
Sistem pembibitan dan metode latihan di La Masia disebut-sebut salah satu yang terbaik di Eropa, selain Ajax Amsterdam. La Masia juga dilatih oleh pelatih-pelatih hebat yang punya akar kuat dengan Barcelona. Kebanyakan dari mereka memang mantan pemain klub asal Katalunya ini.
Namun, ada juga pemain-pemain muda yang sempat bersinar di La Masia, namun akhirnya tenggelam begitu saja. Sebabnya tentu beragam. Berikut enam bintang La Masia, yang gagal menemukan sinarnya saat masuk ke tim Barcelona senior, alias layu sebelum berkembang, dikutip dari sport.es.
Gai Assulin
Gai Assulin
Gai Assulin sempat disebut-sebut sebagai “Lionel Messi” baru di Akademi La Masia. Dia menjadi bintang di La Masia, tidak ubahnya Messi di eranya. Dia juga berhasil menunjukkan kemampuannya bersama Barcelona B.
Maka itu, sang pemain dikabarkan shock berat saat tidak dimasukkan dalam skuat pramusim Barcelona 2008/09. Ketika itu, pelatih Josep Guardiola baru diangkat sebagai pelatih Barcelona senior. Kabarnya, ini terkait dengan tingkat disiplin Assulin yang rendah.
Assullin sering datang terlambat saat berlatih dengan Barcelona B. “Saya tidak tahu masalah Assulin. Padahal, pemain lainnya bisa datang tepat waktu. Mereka memiliki waktu istirahat yang sama,” ujar Luis Enrique, yang ketika itu menjabat sebagai pelatih Barcelona B.
Assulin kemudian sempat mengadu peruntungan ke Inggris dan bergabung dengan Manchester City. Namun, peruntungannya kurang bagus. Dia kembali ke Spanyol dan merumput bersama tim-tim kecil, seperti Racing Santander, Granada, Hercules, dan Real Mallorca. Sejak 2016, dia dikontrak klub Israel, Hapoel Tel Aviv.
Advertisement
Mario Rosas
Mario Rosas
Setelah menjulang dan menarik perhatian di Akademi La Masia, Mario Crosas pun mendapat promosi ke tim utama Barcelona. Debutnya terjadi pada tahun 1998 di ajang La Liga lawan UD Salamanca. Ketika itu, Barcelona sudah memastikan diri jadi juara.
Di Barcelona B, Rosas sebenarnya sudah punya nama. Dia seangkatan dengan nama-nama yang kemudian jadi bintang Barcelona, seperti Puyol, Xavi, Jofre, Luis Garcia, Gabri, dan Miguel Angel.
Namun, kelemahan Rosas di lapangan ketika itu, kata pelatih Louis Van Gaal adalah saat tidak memegang bola. “Rosas seperti kebingungan saat kehilangan bola,” ujar Van Gaal yang kemudian memutuskan meminjamkan Rosas ke Alaves.
Usai dari Alaves, Rosas juga hanya membela klub-klub gurem sekelas Salamanca, Numancia, Cadiz, Girona, Hercules, Castellon, Murcia, Salamanca, Lankaran, dan Huesca yang bermain di level bawah.
Hingga akhirnya pada tahun 2012, Rosas dipinang klub papan bawah Eredivisie Belanda, Heracles dan kemudian bergabung dengan Roda JC. Saat ini, Rosas diangkat sebagai pelatih tim muda Roda.
Marc Crosas
Marc Crosas
Marc Crosas melakukan debut untuk Barcelona pada Desember 2006 di ajang Piala Raja. Ketika itu, pelatih Frank Rijkaard menurunkannya menggantikan Anders Iniesta di menit ke-76 lawan klub Segunda B, Badalona.
Mencuatnya Crosas ke skuat utama Barcelona saat itu memang sudah banyak yang menduga. Sebab, nama Crosas sudah sering disebut-sebut sebagai bintangnya La Masia, beberapa tahun sebelumnya.
Gaya permainannya sebagai gelandang bertahan disebut-sebut khas Barcelona. Kuat dalam bertahan dan akurat dalam membagi bola. Crosas juga pintar membaca pertandingan dan punya visi yang luas.
Hanya saja, ketika itu, dengan masih bercokolnya Anders Iniesta dan Xavi Hernandez di lini tengah Barcelona, Crosas jadi kesulitan dapat tempat. Akhirnya pada 2008, dia setuju untuk dipinjamkan ke klub Prancis, Lyon.
Perantauan Crosas berlanjut hingga ke Skotlandia, bersama Celtic FC. Dia juga sempat merumput di Liga Rusia bersama FC Volga Nizhny Novgorod pada 2011/12.
Usai dari Rusia, Crosas menyeberang ke Meksiko, bergabung dengan Santos Laguna dan Guadalajara. Mulai tahun 2015 lalu, dia dikontrak klub elite Negeri Sombrero, Cruz Azul.
Advertisement
Roberto Trashorras
Roberto Trashorras
Saat masih membela Barcelona B, Roberto Trashorras, kerap dibanding-bandingkan dengan bintang Argentina, Juan Sebastian Veron. Gaya permainan dan gestur Trashorras di lapangan memang mirip Veron.
Trashorras mendapat kesempatan debut bersama Barcelona senior pada tahun 2001. Ketika itu, dia diturunkan di babak kedua menggantikan Luis Enrique, yang kini jadi pelatih Barcelona di babak kedua, sebuah laga Liga Champions.
Menariknya, pada tahun 2003, di usia 22 tahun, dia bergabung dengan Real Madrid B. Ternyata ini keputusan keliru bagi Trashorras. Sebab, di Madrid dia tak pernah mampu menembus tim senior.
Akhirnya, dia harus puas hanya bermain di klub-klub gurem seperti Numancia, Las Palmas, dan Celta Vigo. Dan, sejak tahun 2011, dia bergabung dengan salah satu rival sekota Madrid, Rayo Vallecano.
Nano
Nano
Fernando Macedo da Silva Rodilla atau lebih dikenal dengan nama Nano sempat menjulang saat diboyong Louis Van Gaal masuk tim senior. Dia pun tampil bagus dalam debutnya saat berhadapan dengan Atletico Madrid di La Liga.
Ketika itu, dia masuk menggantikan Rivaldo dan tampil gemilang. Nano mendapat pujian langsung dari pelatih Louis Van Gaal.
Bagi Nano, itu adalah laga debutnya mengenakan seragam Barcelona senior. Dan, hebatnya, dia mencetak rekor sebagai pemain Barcelona termuda yang melakukan debut, pada usia 17 tahun, enam bulan, dan tujuh hari.
Namun, sayang, usai laga tersebut, Nano tak lagi mampu menemukan kuntinuitas penampilan terbaiknya. Dia pun terlempar dari skuat Barcelona dan kemudian hanya membela klub-klub kecil seperti Getafe, Cadiz, Racing de Ferrol, Numancia, Osasuna, dan Alaves. Dia bahkan sampai harus bermain di Segunda Division B bersama Racing de Ferrol.
Advertisement
Victor Vazquez
Victor Vazquez
Victor Vazquez termasuk pemain yang sempat ikut mekar bersama era Lionel Messi. Bersama Cesc Fabregas Gerard Pique, dan Messi, Vazquez sempat menarik perhatian pemandu bakat karena penampilannya.
Sayangnya, kiprah gemilang Vazquez tak berlanjut di tim senior. Banyak yang menyebut, nama Vazquez tenggelam di bawah bayang-bayang tiga rekannya itu, terutama Messi.
Padahal, secara teknis, banyak yang menyebut Vazquez tak kalah daripada Messi. Bahkan, dulu duet Vazquez-Messi merupakan yang terbaik di tim remaja.
Josep Guardiola yang dulu masih melatih Barcelona B kemudian menariknya, meski akhirnya Vazquez gagal menunjukkan performa terbaik. Selain Barcelona, Vazquez sempat membela Club Brugge di Belgia dan Cruz Azul di Liga Argentina.