Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyatakan kasus peredaran narkoba semakin memprihatinkan. Sepanjang tahun 2015, Polri menyita puluhan ton ganja dan sabu serta 1 juta butir pil ekstasi.
Untuk ganja ada 23,2 ton pada 2015. Sedangkan ekstasi 1.072.328 butir dan sabu-sabu 2,3 ton. Jumlah tersebut, menurut Badrodin hanya sekitar 20 persen dari total narkoba yang beredar luas di masyarakat.
"Dari tahun ke tahun, kasus narkoba yang terjadi terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 13,6 persen," kata Badrodin Haiti di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (24/2/2016).
Kapolri juga menyatakan, hingga tahun 2015, terdapat 50.178 tersangka narkoba yang ditangkap dari 40.253 kasus ditangani oleh polisi.
"Ini cukup besar. Sebagian besar lapas kita separuhnya lebih adalah tahanan narkotika. Ini sudah dalam kategori membahayakan," kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Kendati demikian, Badrodin menilai upaya Polri dan BNN dalam mengungkap berbagai kasus Narkoba telah mampu menyelamatkan jutaan anak bangsa, khususnya generasi muda dari jeratan Narkoba.
"Ini angka yang bisa membunuh cukup banyak warga kita. Ribuan bisa kita selamatkan dengan penyitaan. Ini kondisi darurat, karena itu Presiden sejak awal menyatakan perang terhadap narkoba," pungkas Badrodin.
Tambah 50 Anjing Pelacak
Badan Narkotika Nasional (BNN) akan membentuk pasukan K9 atau pasukan Anjing pelacak yang dilatih secara khusus untuk membantu aparat dalam mendeteksi Narkoba.
Kepala BNN Komjen Budi Waseso mengatakan, saat ini BNN membutuhkan paling tidak 50 anjing pelacak untuk memerangi narkoba. Namun demikian, saat ini, baru 9 anjing pelacak yang terseleksi dan layak untuk bergabung dalam pasukan khusus tersebut.
"Menyeleksi anjing ini ternyata tidak mudah. Karena BNN membutuhkan 50 anjing. Dan dari 112 yang ditawarkan dan diseleksi, itu baru terpenuhi 9 ekor. Itu yang baru terseleksi, dia belum terlatih. Jadi baru terseleksi bakat kemampuannya," ujar Budi Waseso di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (24/2/2016).
Selain 9 ekor anjing itu, ada 1 ekor anjing pelacak yang sudah terdidik dan terlatih, sehingga totalnya baru 10 anjing yang akan dimiliki oleh BNN.
pria yang akrab disapa Buwas ini berharap BNN bisa mendapat 50 anjing pelacak untuk dididik dan dilatih. Selain itu, BNN juga akan mendidik pawang anjing pelacak untuk melatih anjing itu.
"Tentu kalau anjing semakin banyak, kita juga akan melatih pawang untuk anjing-anjing tersebut. Standarnya itu 2 ekor anjing akan dilatih satu orang pawang," kata dia.
Selama ini menurut Budi, baru ada 2 negara yang dianggap sebagai penghasil anjing-anjing pelacak, yaitu Belanda dan Jerman. Selama ini menurut Budi, Polri, TNI atau pun badan penanggulangan bencana mendatangkan anjing-anjing pelacak dari 2 negara tersebut.
"Kalau Indonesia belum bisa. Namun Indonesia sudah memiliki kemampuan dalam melakukan pelatihan satwa," kata Budi.
Ia menjelaskan keberadaan anjing pelacak dalam operasi pemberantasan narkoba sangat diperlukan. Menurut dia, kemampuan anjing pelacak lebih hebat bila dibanding sorotan sinar X-Ray.
"Karena ada narkoba yang tidak dapat terdeteksi oleh X-Ray, tapi jika ada anjing pelacak, keberadaan narkoba itu dapat terdeteksi sejak awal. K-9 ini bisa mencium narkoba yang disembunyikan di tempat-tempat tersembunyi, bahkan jika narkoba sudah dicampur dengan minuman," ucap dia.
Buwas mengaku sudah menyampaikan keinginannya tersebut kepada Presiden Jokowi saat rapat terbatas mengenai pemberantasan narkoba sore tadi.
Kepada Presiden, dia menyampaikan bahwa keberadaan anjing pelacak sangat membantu petugas dalam mendeteksi narkotika dan sejenisnya.
"Pada akhirnya saya laporkan, sehingga anjing pelacak ini perlu. Karena kalau kita menggunakan anjing pelacak pasti dari awal sudah diketahui. Lebih efektif lagi dibantu menggunakan anjing, anjing pelacak itu punya kekhususan. Penciuman itu kan menyangkut udara, karena ada udara dia bisa mencium," pungkas Buwas.