Liputan6.com, Jakarta Desainer busana muslim Restu Anggraini tinggal menghitung hari memamerkan rancangan bertema ETU Going Places di ajang Virgin Australia Melbourne Fashion Fetsival (VAMFF) pada 7-13 Maret 2016. Etu, begitu sapaan akrabnya menjadi satu-satunya wakil desainer Indonesia dan brand modest wear pertama yang akan melakukan show di VAMFF.
Sejak awal, brand modest wear ETU memang dipersiapkan bertarung dalam pasar internasional. Selain desain, wanita 28 tahun ini juga memiliki visi untuk menjadikan ETU sebagai brand modest wear global yang mengedepankan inovasi dengan memanfaatkan teknologi dan material science.
Baca Juga
Advertisement
Sebab itu, pada rancangan yang akan dipamerkan di VAMFF, Etu bekerjsama dengan salah satu perusahaan terbesar di Jepang Toray Industries. Etu menggunakan bahan Ultrasuede sebagai salah satu fabric pada koleksi Autumn/Winter 2016 ini.
"Sebagai local brand, kenapa kami tidak memakai fabric lokal? Sebab kami ingin mengikuti selera global. Seperti di Australia, kalau siang suhunya bisa sampai 42 derajat celsius tapi menjelang malam berubah dingin. Jadi kami menyesuaikan dengan kebutuhan berjualan di Aussy," jelas Head of Designer ETU, Etu dijumpai di Locanda Restaurant, Jakarta, Rabu (25/2/2016).
Riset material memang telah lama dilakukan Etu dan tim. Mereka memikirkan bagaimana menemukan material yang cocok di cuaca dingin sekaligus panas seperti iklim di Negara Kanguru.
"Busana muslim tidak cukup selapis, jadi material harus dipikirkan. Gimana cara agar pas di musim dingin dan nggak bikin keringatan saat panas. Kami menemukannya di Toray," lanjut lulusan ESMOD ini.
Untuk diketahui, Ultrasuede merupakan bahan berteknologi tinggi yang dibuat dengan teknologi ultra-microfiber untuk menandingi kualitas bahan suede (kulit) asli. Sejak penemuannya di tahun 1970 oleh Toray, Ultrasude banyak dipakai brand internasional seperti Halston, Prada, Issey Mitake, dan sebagainya.
Selain Ultrasuede, ETU juga menggunakan bahan wool, katun, polyester blend untuk membuat kombinasi look yang terdiri dari outer wear, pants, dan blazer.
"Ya, selain desain busana muslim, aku juga ingin mengedukasi dengan material hi-tec yang memadukan teknologi. Jadi DNA ETU adalah inovasi. Fashion meets technology," sambung Etu yang baru pulang mempromosikan modest wear Indonesia di London Fashion Week.
Etu berhasil melenggang dan melakoni debut fashion show di VAMFF setelah menjadi pemenang ANZ Australia-Indonesia Young Fashion Designer Award, kerja sama Australia-Indonesia Centre (AIC) di Jakarta Fashion Week tahun lalu.
Pencapaian Restu Anggraini dan ETU pun mendapat dukungan dari Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Indonesia untuk mempromosikan modest wear Indonesia di kancah internasional.
"Kami dan ETU sudah membuat road map agar Indonesia bukan lagi menjadi kiblat tapi pusat modest wear dan meningkatkan program ekspor," harap Deputi IV Badan Ekonomi Kreatif bidang Pemasaran, Bapak Joshua M. Simandjuntak ditemui di tempat yang sama.