Eks Korban Perbudakan Seksual ISIS Alami Trauma Berat

Banyak dari wanita di bawah umur korban tahanan ISIS mengalami trauma. Pengalaman mereka sungguh tak tertahankan.

oleh Adanti Pradita diperbarui 25 Feb 2016, 19:43 WIB
Ilustrasi ISIS

Liputan6.com, Jakarta ISIS, grup dengan ideologi ekstrem berniat untuk membangun ‘kekhalifahan’ di muka bumi ini. Disamping mengerahkan tenaga untuk berperang dengan pihak musuh, hal-hal yang tidak lazim juga mereka lakukan.

Salah satunya adalah menghalalkan perzinahan terhadap wanita non-Muslim dan memperjualbelikan bayi perempuan ke para tentara ISIS.

Ratusan perempuan di Irak bagian Utara dan Suriah bagian Timur berhasil meloloskan diri atau dibebaskan oleh pihak Kurdi dari tangan ISIS.

Lepas dari cengkeraman brutal ISIS, banyak dari wanita-wanita di bawah umur ini diserang stres akut dan juga depresi yang diperkeruh dengan niat kuat untuk bunuh diri. Fisik para korban wanita perzinahan ISIS pun sangat mencemaskan.

Seperti yang dilansir dari Newsweek, ISIS memperbolehkan perzinahan terhadap wanita non-Muslim. Kekerasan pun diterapkan oleh para tentara ISIS kepada mereka. Karena itu, wanita-wanita yang sudah bebas tidak hanya terganggu mentalnya saja, tetapi juga secara fisik membutuhkan pertolongan.

Tidak sedikit jumlah korban yang mengalami kehamilan dan mengidap penyakit HIV. Bahkan, kebanyakan dari mereka mengalami kesulitan tidur karena seringkali dilanda mimpi buruk.

Penganiayaan terhadap wanita non-Muslim di bawah umur sudah cukup membuat dunia cemas. Namun, ada yang lebih mengenaskan.

Dikutip dari express.co.uk, perempuan dengan usia termuda, yaitu usia bayi atau balita, diperjual belikan ke anggota ISIS dengan harga relatif tinggi.

ISIS menggunakan pamflet untuk menjual bayi perempuan atau wanita yang masih usia belia. Pamflet tersebut berisikan tarif harga perempuan dengan usia yang paling muda dihargai lebih mahal.

 


Bala bantuan

Memberikan pertolongan kepada korban penganiayaan ISIS merupakan hal yang sudah menjadi prioritas bagi organisasi-organisasi tertentu. Salah satunya adalah organisasi nirlaba gabungan negara Irak dan Jerman, WADI- Association for Crisis Assistance and Solidarity Development Cooperation.

Seperti yang dikutip dari lama situs resminya womenwin.org, organisasi ini mempunyai peran penting untuk membantu korban melalui dukungan moral dan program pemulihan psikis.

Kendati bala bantuan sudah siap di depan mata, pemulihan psikis terhadap korban tidaklah mudah. Trauma yang cukup mendalam sulit diobati. Korban seringkali teringat akan siksaan yang mereka lalui.

Kamp pengungsi di Irak sudah bertebaran dimana-mana. Tetapi, wanita-wanita muda ini tetap merasa tidak aman karena rasa takut terus menghantui mereka.

Tidak heran apabila banyak dari mereka yang mendambakan kehidupan di luar negeri, di mana kemungkinan ditangkap kembali relatif kecil.

Terlebih lagi, dana dan sumber daya manusia yang ingin membantu korban masih dianggap kurang. Ini membuat proses pemulihan cukup lama dan sulit untuk mencapai titik efektif sesuai harapan.

Seperti yang diberitakan CNN, kekuatan ISIS memang sudah pelan-pelan mulai redup karena area kekuasaan mereka kembali ditaklukkan oleh pemerintahan lokal. Kendati begitu, trauma yang dirasakan para perempuan bekas tahanan anggota ISIS tidak bisa hilang begitu saja.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya