Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung sibuk mengejar pembangunan infrastruktur, termasuk pembenahan transportasi massal. Kebutuhan anggaran untuk pembangunan selama lima tahun ke depan diperkirakan mencapai Rp 60 triliun.
"Sebesar Rp 60 triliun adalah total kebutuhan kita untuk menciptakan Bandung Keren. Dananya buat bangun 7 rumah sakit, kereta gantung (cable car), LRT dan lainnya," ujar Walikota Bandung, Ridwan Kamil di Jakarta, Kamis (25/2/2016).
Sayangnya, kata Ridwan, Pemerintah Kota Bandung tidak sanggup memenuhi pendanaan tersebut lantaran anggaran daerah untuk pembangunan hanya Rp 3 triliun per tahun. Berbeda dengan Jakarta yang mempunyai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) cukup besar.
"Kalau pakai duit Jakarta Rp 60 triliun per tahun pasti sudah beres. Hidup memang kadang tidak adil ya," kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Untuk menutupi kekurangannya, diakui Ridwan, Pemkot Bandung menyiasati dengan skema pembangunan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (Public Private Partnership/PPP). Dengan cara ini, Pemkot harus menjemput bola mengundang investor masuk dalam proyek-proyek tersebut.
"Pakai skenario PPP, skemanya BTL (Build, Transfer, Lease) yakni dibangun, ditransfer lalu saya bayar sewa. Karena sehebat-hebatnya saya, cuma bisa mengumpulkan Rp 3 triliun kali 5 tahun (masa jabatan) jadi Rp 15 triliun. Sementara mimpi kami Rp 60 triliun," jelas Ridwan.
Lebih jauh, dia mengatakan, saat ini investor dari Korea tertarik bekerjasama dengan Pemkot Bandung untuk membangun beberapa proyek, diantaranya rumah sakit umum daerah. Investor asal Korea tersebut sudah menyodorkan desain dan pendanaan detail dengan jangka waktu kerjasama 15 tahun.
"Paling advanced Korea yang sudah masuk. Mereka sudah bikin detailnya, misalnya bangun RSUD butuh dana Rp 1,2 triliun. Desain dan konstruksi pihak Korea, kami tinggal terima beres tapi bayar sewa 15 tahun," papar dia.
Ridwan bilang, jangka waktu kerjasama BTL investor setiap negara berbeda. Sebagai contoh, investor China yang biasanya mengajukan 15 tahun, Korea 20 tahun, sementara investor asal Eropa lebih lama hingga 30 tahun.
"Jadi saya memang harus pro aktif, tidak bisa jaga warung saja nunggu investor datang. Karena saya percaya Indonesia bisa juara kalau Bupati atau Walikota seperti saya diberikan kesempatan membangun dengan skema PPP," tuturnya.
Bangun Transportasi Massal
Ridwan mengatakan, pembangunan proyek yang paling susah adalah transportasi massal. Ambisinya, membangun kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) dan kereta gantung di Bandung untuk mengurai kemacetan.
"Kami kerja dua, LRT dan cable car. Karena mewujudkan transportasi massal itu pekerjaan paling susah. LRT dan cable car bisa bikin orang lebih on time, dan menggeser gaya hidup masyarakat dari sebelumnya naik mobil atau motor menjadi naik angkutan publik," jelas dia.
Ia mengaku telah menyiapkan desain pembangunan LRT dan kereta gantung berdasarkan struktur tanah di kota Bandung. Untuk LRT, rencananya dibangun di atas lahan yang datar tidak menanjak atau miring. Sedangkan cable car cocok untuk daerah yang dipenuhi bukit.
"Cable car-nya bukan seperti wisata di Taman Mini. Sekarang kan sudah makin canggih, seperti di Asia Selatan sudah jadi transportasi publik," pungkas Ridwan. (Fik/Nrm)