Liputan6.com, Jakarta - Mitsubishi Pajero Sport hitam melaju ke arah Balai Kota DKI Jakarta. Mobil bernomor polisi D 1830 PN terparkir lama di kantor Gubernur Jakarta itu. Selang beberapa menit, pria berpeci hitam pun akhirnya turun dari mobil itu sekitar pukul 13.48 WIB.
Dia adalah Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil. Dengan mengenakan safari putih, dia bergegas masuk ke Balai Kota DKI Jakarta menemui sang Gubernur Basuki Tjahaja Purnama.
Pria berkaca mata tersebut pun enggan mengungkap maksud pertemuan itu. "Enggak mampir aja sudah lama enggak ketemu. Mau silaturrahmi saja," singkat pria yang karib disapa Kang Emil itu.
Emil tak sendiri. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sudah datang terlebih dahulu. Ganjar tiba di Balai Kota sekitar pukul 12.05 WIB dengan menumpangi mobil Land Cruiser Prado hitam bernomor polisi H 7297 ZA. Mengenakan batik nuansa hitam dengan garis hijau, Ganjar bergegas menuju Pendopo dan masuk ke ruang tamu gubernur.
Baca Juga
Advertisement
Menurutnya, kedatangannya hanya kunjungan biasa. Tidak ada kaitan dengan situasi politik di Jakarta jelang Pilkada 2017.
"Cuma main saja, politik apa?" singkat Ganjar.
Sementara, Gubernur Ahok yang baru saja tiba di Balai Kota setelah menjalani pemeriksaan di Bareskrim Polri mengatakan, pertemuannya dengan Ganjar berkaitan dengan PNS DKI Jakarta.
"Ada istri PNS yang meminta pindah tugas ke Semarang, Jawa Tengah, aku juga baru tahu," kata Ahok.
Pertemuan 30 Menit
Tak ada yang tahu apa sebenarnya isi pembicaraan 30 menit itu. Ahok, Ridwan dan Ganjar kompak menanggapi pertanyan wartawan dengan guyon.
Guyonan soal Pilkada DKI Jakarta pun terlontar dari Ahok sebagai tuan rumah.
"Pak Ganjar kan teman lama nih di Komisi II, mampir-mampir ngobrol makan sama istri. Ya sambil sampaikan ke saya kalau enggak pakai (jalur partai), PDIP bisa majuin Pak Ganjar nih. Ya kulo nuwun dong, jangan berantem, berdua kan calon, bahaya. Ini teman. ilmunya tahu, boroknya tahu, repot nanti. Dia ini guru saya," kata Ahok memulai perbincangan.
Ganjar pun menyambut dengan guyonan. Sebagai orang yang berasal dari kampung, tentu sangat baik bila bertukar program antardaerah. Sehingga bisa saling membangun daerah masing-masing dengan baik.
"Saya ini kan orang kampung ya. Di Semarang terus melihat dinamika yang ada di Jakarta. Makanya saya main. Kebetulan ada Kang Emil juga di sini," kata Ganjar.
Kemudian, lanjut Ganjar, ketiganya berbincang soal pembangunan di daerah masing-masing. Serta berbagi pengalaman.
Menyambung sindiran Ahok soal Pilkada DKI Jakarta, politikus PDIP itu pun ingin ada persaingan yang sehat bila tidak ada kata sepakat dari masing-masing pihak.
"Kalau ada sesuatu yang tidak sepakat ya mungkin kita akan bersaing baik-baik. Gitu, kan. Tapi kalau ada sesuatu yang sepakat, kita bertiga ini kan merah putih," kata Ganjar.
Ahok menilai, kalaupun kondisi harus saling berhadapan terjadi tidak ada kampanye hitam. Adu program dengan persaingan sehat harus dikedepankan.
"Kita ingin bersaing sehat saja," ucap Ahok.
Ridwan Kamil pun tak banyak berkomentar soal itu. Dia juga siap untuk bersaing sehat bila nantinya dia benar-benar maju di pilkada DKI Jakarta.
"Dalam hidup kan selalu begitu kalah menang biasa," ujar Ridwan Kamil.
"Yang jelas Gusti Allah yang merencanakan pertemuan ini. Enggaklah (janjian) memang wajah kita wajah-wajah janjian, nih. Kita ini wajah inovatif semua, kok," ujar Ganjar.
Melawan Ahok di Pilkada DKI
Tiga kepala daerah itu memang terkenal berprestasi dan dicintai warga di daerah yang mereka pimpin. Bahkan meski di daerah, nama Ridwan dan Ganjar sudah terkenal se-Tanah Air.
Untuk itu, banyak partai politik yang ingin memanfaatkan ketenaran keduanya untuk melawan atau mendampingi petahana yang terkenal sulit dikalahkan.
Namun kabar ini buru-buru dibantah oleh Ganjar. "Saya gubernur kok suruh jadi wakil. Kamu menghina saya," singkat Ganjar.
Berbeda dengan Ganjar, Ridwan Kamil sudah resmi dipinang Partai Gerindra untuk melawan Ahok. Tapi, ketika ditanya, Ridwan masih malu-malu terkait tawaran itu.
"Saya pengumuman Senin ya, pengumuman maju atau tidaknya Senin," ujar Kamil.
Ridwan masih bimbang soal tawaran itu. Untuk memutuskan hal itu, pria yang karib disapa Emil itu akan lawatan ke beberapa tokoh untuk meminta masukan. Akhir minggu ini akan dia manfaatkan untuk menemui sang tokoh.
"Ada lah, tokoh nasional salah satunya Pak Prabowo (Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto)," ungkap Emil.
Pertemuan dengan tokoh ini adalah bagian terakhir dari serangkaian renungan Ridwan atas tawaran itu. Sebelumnya, Ridwan telah menunaikan ibadan umroh untuk mencari petunjuk pada Sang Pencipta.
"Nah ini sesi terakhir lah. Setelah semuanya masukannya saya terima, saya hitung, kemudian saya ambil keputusan. Insya Allah Senin (diumumkan)," jelas Emil.
"Sing sabar," ucap Ridwan Kamil.
Meski masih malu-malu, kemantapan Ridwan untuk maju Pilkada DKI Jakarta justru diutarakan oleh pesaingnya sekaligus sahabatnya, Ahok.
"Orang dia mau maju DKI 1 kok. Doa gue kan nyaris kalah dong," ujar Ahok.
Doa Ahok untuk Ridwan Kamil
Ahok pun punya harapan sendiri bila Ridwan Kamil benar-benar menantangnya di Pilkada DKI 2017.
"Gue cuma doa, gue nyaris kalah saja kalau lu maju. Aku bilang gitu, kalau elu maju, gue nyaris kalah sama lu enggak apa-apa lah," kata Ahok.
Ahok memang tidak pernah keberatan bila teman baiknya itu maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta, agar warga Jakarta bisa memilih calon yang pas di hati mereka.
"Aku biasa-biasa saja, aku sih senang kalau teman-teman maju, bagus," lanjut dia.
Kesempatan Ridwan Kamil memang masih terbuka lebar untuk mengikuti 2 pilkada. Bila tidak sukses di Pilkada DKI Jakarta, pria yang akrab disapa Kang Emil itu bisa ikut Pilkada Jawa Barat 2018.
Namun, Ahok tidak bisa memastikan Ridwan Kamil akan memilih ikut pilkada yang mana.
Suami Veronica Tan itu berkelakar membuka peluang untuk saling bertukar wilayah dengan Ridwan Kamil. Tergantung situasi politik ke depan.
"Jabar (Jawa Barat) itu 2018, kalau Ridwan Kamil ikut Jakarta, kalau dia dapat enggak dapat dia masih bisa ikut Jabar. Tapi kalau aku yang enggak dapat DKI 1, aku yang ke Jabar dong," pungkas Ahok sambil tertawa.