Liputan6.com, Jakarta - Maaf, kata yang terucap dari mulut Brigadir Petrus Bakus dini hari tadi. Maaf itu ditujukan kepada buah hatinya yang tergeletak di atas kasur dalam kondisi tidak bernyawa dan termutilasi.
Petrus tidak kuasa menangkis bisikan-bisikan yang ada di benaknya. Dia terkalahkan oleh skizofrenia.
Usai peristiwa itu, dia menghampiri istinya, W sembari membawa parang. Saat itu dia menggambarkan sikap anak-anaknya kepada W saat dibunuh.
"Mereka baik, mereka mengerti, mereka pasrah," ujar Petrus kepada istrinya usai membunuh anaknya, F dan A.
Baca Juga
Advertisement
Tak lama kemudian, dia mengucap sesal karena kelakuannya. "Maafkan papa ya dik..."
Namun, nasi telah menjadi bubur. Kedua bocah itu meninggal dunia di tempat tidurnya. Tangan dan kakinya sudah terpisah dari tubuhnya.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengungkap motif Brigadir Petrus Bakus membunuh F dan A yang masih berusia 5 serta 3 tahun itu.
"Ada info salah satu anggota polisi membunuh anaknya, Kapolda sana sudah lapor ke saya. Berdasarkan keterangan istrinya, tadi malam anaknya dimutilasi untuk persembahan," ujar Badrodin, di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (26/2/2016).