Mental Pebulu Tangkis Putri Indonesia Sangat Feminim

Mental bertanding pebulu tangkis putri Indonesia dinilai terlalu feminim saat berlaga di Kualifikasi Piala Uber 2016.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 26 Feb 2016, 23:10 WIB
Tunggal putri Hana Ramadini belum mampu menyumbang angka untuk Tim Kualifikasi Piala Uber Indonesia saat melawan Tingkok pada babak perempat final di Gachibowli, Hyderabad, India, Jumat (19/2/2016). (Liputan6.com/Humas PP PBSI)

Liputan6.com, Jakarta - Langkah Indonesia pada ajang Kualifikasi Piala Uber 2016 di Hyderabad, India, pekan lalu, harus terhenti di perdelapan final. Maria Febe Kusumastuti dan kawan-kawan menyerah 0-3 dari tim kuat Tiongkok.

Baca Juga

  • Casilas Ungkap Penyebab Perpecahannya dengan Mourinho
  • Tabrak Pembatas, Manor Racing Bikin Mobil Baru untuk Rio Haryanto
  • Daftar Lengkap 16 Besar Liga Europa, MU Bisa Bertemu Liverpool

Pelatih tunggal putri Pelatnas PP PBSI, Edwin Iriawan, mengatakan kekalahan itu disebabkan atletnya terlalu feminn dan tidak memiliki mental juara. "Ini belum bertanding tapi sudah ketakutan, pandangannya tidak berani menatap mata lawan," ucapnya kepada Liputan6.com di Pelatnas PP PBSI Cipayung, Jumat (26/2/2016).

"Dalam kejuaraan beregu, mental sangat berarti. Pemain yang lemah bisa main bagus. Tetapi, mental pemain kita ini sangat feminim sekali. Seharusnya, ketika datang latihan tak boleh terlambat, jangan kebanyakan ngobrol. Ini harus diubah." kata Edwin.

Kegagalan tersebut membuat Edwin semakin termotivasi untuk membangkitkan mental atlet bulu tangkis putri binaan PBSI. Maklum saja, setelah pensiunnya Susi Susanti, tim putri Indonesia kehilangan sosok wanita yang punya mental juara.

"Mulai saat ini saya memberi acuan kalau di sini harus menjadi juara, bukan seorang atlet pelatnas saja," tegasnya.

Bila dia gagal, Edwin berani menanggalkan jabatannya sebagai pelatih tunggal putri. "Kalau gagal, saya tahu diri kok," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya