Liputan6.com, Jakarta Beberapa masyarakat mengenal sosok Jalaludin Rumi. Penyair hebat di masanya asal Afghanistan. Jalaludin Rumi mendapatkan sambutan begitu hangat di tengah-tengah masyarakat, baik dari kalangan masyarakat muslim maupun di luar masyarakat muslim. Franklin D.Lewis dalam bukunya Rumi; Past and Present, East and West menyatakan bahwa Jalaluddin Rumi salah satu tokoh yang digemari di dunia barat saat ini terkhusus di Amerika. Lewis menambahkan Madonna dan Demi Moore dua artis dunia yang amat menggemari puisi Jalaluddin Rumi. Demikian halnya ditanah air kita, penggemar Jalaluddin Rumi berasal dari berbagai kalangan, baik dari kalangan akademisi maupun yang bukan.
Namun mengapa masyarakat menaruh perhatian pada Jalaluddin Rumi atau kira-kira apa yang ditawarkan Jalaluddin Rumi sehingga masyarakat begitu menaruh perhatian padanya. Apa yang menghubungkan antara manusia kini dengan Jalaluddin Rumi dan aspek manakah yang mendekatkan diantara keduanya? apakah yang diinginkan manusia kini kepada Jalaluddin Rumi? Tentu terdapat kebutuhan dalam diri manusia yang mampu dijawab oleh Jalaluddin Rumi. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan eksistensi manusia dimana tanpa memenuhi kebutuhan eksistensi tersebut manusia akan selalu merasa dirinya dalam kehampaan dan kekurangan.
Advertisement
Kesadaran terhadap kebutuhan eksistensi manusia merupakan suatu kesadaran yang bersifat transenden. Manusia merasakan kebahagiaan disaat dirinya telah merasa menemukan kebutuhan eksistensinya. Pada saat itulah manusia siap mengorbankan apapun demi memenuhi kebutuhan eksistensinya bahkan ia siap mengorbankan dirinya. Dalam kondisi tersebut manusia membutuhkan filter jangan sampai jatuh kepada jalan yang salah. Filter terbaik kembali kepada fitrah manusia sebab fitrah manusia tidak akan membenarkan tindakan yang bertentangan dengan fitrah dan nurani manusia itu sendiri. Pada intinya manusia mesti hati-hati dalam menentukan kebutuhan eksistensinya jangan sampai ia terjebak pada aliran atau pemahaman yang membenarkan kezaliman seperti membenarkan pembunuhan sebab mungkin saja mereka tampil dalam wajah agama.
Kebutuhan eksistensi manusia kini sebenarnya sejalan dengan prinsip hak-hak asasi manusia yang telah dicatat di PBB. Ada tiga prinsip utama hak-hak asasi manusia di antara prinsip-prinsip yang ada dimana ketiga prinsip tersebut relevan dengan kebutuhan manusia kini. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah penekanan terhadap kemulian manusia dan martabat manusia tanpa membeda-bedakan antara satu dengan lainnya, penekanan terhadap keragaman sebagai sebuah fenomena yang tidak mungkin diingkari, termasuk keragaman atas budaya, tradisi, dan juga penafsiran, kemudian penekanan terhadap toleransi dan meninggalkan fanatisme yang menghancurkan nurani dan kemanusiaan.
Ketiga prinsip tersebut dijelaskan dengan baik dalam syair-syair Maulana Jalaluddin Rumi, pemuliaan atas martabat manusia, toleransi, dan meyakini keragaman.
Untuk menghormati sekaligus menyebarkan ajaran Jalaudin Rumi, dibuatlah Rumi Institute. Ini adalah suatu lembaga dibangun bersama-sama dengan mereka yang memiliki visi dan misi yang sama dengan pemikiran Jalaluddin Rumi. Ratusan tahun silam Rumi telah berbicara mengenai keterasingan manusia dan manusia yang terasing dari rumpun bambunya. Bait pertama dalam kitab Matsnawi Maknawi berbicara tentang nei atau seruling bambu dan Rumi mengajak seluruh manusia mendengarkan derita keterpisahan seruling bambu dari rumpun bambunya. Nei adalah simbol pengetahuan, makrifat, dan kesadaran atas pengalaman derita keterpisahan. Sebab itulah Rumi mengajak seluruh manusia agar bisa seirama dan senada dengan seruling bambu.
“Lembaga Rumi Institute sengaja kami hadirkan melalui program-programnya guna mengingatkan kembali nurani dan kemanusiaan kita yang mulai sirna secara perlahan oleh keangkuhan, egoisme, hasrat kekuasaan, dan segala bentuk keinginan hawa nafsu yang akan mengantarkan manusia kepada kehancuran dan kekerdilan. Sebab itu kami mengajak dan membuka seluas-luasnya kepada seluruh lapisan masyarakat agar bisa bersama-sama dengan kami menyatukan langkah dalam memberikan sumbangsih penyadaran eksistensi kemanusiaan. Akhir kata kami memohon doa restu kepada seluruh masyarakat dan mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang telah membantu kami selama ini,” ujar Direktur Rumi Institute, Muhammad Nur Jabir, dalam keterangan yang diterima redaksi.