JK: Islam di Indonesia Besar karena Pedagang

JK mendukung Syarikat Islam saat ini tidak terbawa arus untuk terjun dalam dunia politik.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 27 Feb 2016, 15:58 WIB
Wapres Jusuf Kalla di rumah dinas Wakil Presiden, Jakarta (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri acara pelantikan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Syarikat Islam yang diketuai oleh mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Hamdan Zoelva, di Balai Sudirman, Kuningan Jakarta Selatan. Dalam sambutanya, Jusuf Kalla berharap Syarikat Islam (SI) mampu bangkit menjadi organisasi pemberdayaan umat Islam yang berorientasi pada ekonomi keumatan, seperti saat pertama kali didirikan pada 1905. ‎

JK, begitu Jusuf Kalla biasa disapa, berharap SI yang sempat menjadi partai pada awal era reformasi tetap konsen pada program pembangunan sosial dan tidak kembali menjadi partai politik.

"Saya membaca semangat SI sejak 1905 tujuannya pertama, mengembangkan jiwa dagang, karena waktu itu perdagangan di Indonesia dikuasai pengusaha besar Belanda dan Tionghoa. Kalau kita kembalikan sekarang relevan sekali semangat itu dikembangkan. Kedua membantu yang sulit, karena itu jiwa sosial harus kembali menjadi semangat kita," ujar JK, Sabtu (27/2/2016). 

Karena itu, JK mendukung SI saat ini tidak terbawa arus untuk terjun dalam dunia politik. SI diminta tetap fokus pada program-program sosial dan membangun ekonomi kecil di masyarakat.

"Awalnya, tahun 1905 Haji Samanhudi memprakarsai SDI (Syarikat Dagang Islam). Kemudian lebih diperluas lagi oleh HOS Tjokroaminoto menjadi SI dan kemudian di perkecil menjadi PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia). Kalau kembali kepada umat, itu artinya kalau NU selalu mengatakan kembali ke khittah 1926, maka kalau SI kembali ke khittah 1905-1912," ucap JK.

JK menjelaskan, keberadaan SI dalam sejarah Islam di Nusantara menandakan bahwa penyebaran Islam di Indonesia tidak bisa lepas dari peran saudagar Timur Tengah yang berdagang di wilayah Nusantara yang juga membawa misi dakwah Islam. Ia pun melihat, banyak tokoh-tokoh ulama zaman dahulu yang juga berprofesi sebagai pedagang.

"Banyak ulama-ulama kita pedagang, seperti KH Ahmad Dahlan, selain mendirikan Muhammadiyah, beliau juga berdagang batik di masjid Keraton. Jadi Islam di Indonesia itu dibesarkan oleh pedagang," ucap dia.

K‎etum SI Hamdan Zoelva menyebutkan, Syarikat Islam akan kembali kepada khittah 1912 yakni mengedepankan dunia perdagangan umat Muslim. U‎paya membangun perekonomian umat dimulai dengan memberdayakan para pengusaha kecil dan menengah.‎

"Dalam 5 tahun ke depan kita akan bangun 2.500 UMKM untuk umat Muslim. Dakwah secara ekonomi saat ini masih kurang kita kedepankan," ujar Hamdan.

Hamdan juga menjawab kekhawatiran JK dengan mengatakan bahwa Syarikat Islam tidak akan menjadi partai politik, dan tetap fokus pada program-progran sosial melalui pembangunan ekonomi keumatan. ‎

"Syarikat Islam ambil kebijakan tak lagi jadi partai politik dan akan ambil jarak yang sama dengan semua parpol," kata Hamdan. ‎

Namun demikian, Hamdan mengatakan, SI tetap akan menggelar sekolah-sekolah politik bagi para kadernya. Sekolah politik tersebut dianggap penting untuk penanaman ideologi bagi para kadernya. ‎

"Kita akan buat sekolah-sekolah politik dan peran SI ini dapat membuktikan bahwa dakwah berdasarkan pada kegiatan ekonomi dapat lebih masif," ucap Hamdan.

Selain dihadiri JK, acara ini diikuti Ketua Bawaslu Muhammad, Sekjen PPP kubu Muktamar Jakarta Dimyati Natakusumah, politikus senior PPP Bachtiar Chamsyah, dan beberapa politisi Islam lainnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya