Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Adhyaksa Dault menyatakan siap maju dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI 2017.
Meski belum memiliki dukungan signifikan, namun Adhyaksa mengaku telah menyiapkan sejumlah jurus untuk merebut kursi DKI 1. Salah satunya dengan ilmu strategi perang Sun Tzu.
“Saya mau maju ke DKI pakai ilmu Sun Tzu. Kenali dirimu, kenali lawanmu, 1.000 kali perang, 1.000 kali menang,” ujar Adhyaksa usai bertemu Wali Kota Bandung Ridwan Kamil di bilangan Kuningan, Jakarta, Minggu (28/2/2016).
Saat ini beberapa partai politik seperti Gerindra, PKS, dan Hanura telah meliriknya untuk maju di Pilgub DKI.
Namun Adhyaksa belum menegaskan apakah akan maju melalui jalur parpol atau independen. Kendati begitu, pihaknya telah mengumpulkan 90 ribu KTP warga DKI sebagai antisipasi jika dirinya harus maju melalui jalur independen.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Adhyaksa, semua orang pasti ingin memiliki kekuasaan. Namun cara dan motivasinya tentu berbeda-beda. Sebagai orang yang dibesarkan di Jakarta, dia ingin membangun DKI yang lebih baik.
“Motivasinya apa dulu, kalau saya bukan mencari kekuasaan. Saya dari usia 4 tahun sudah besar di Jakarta. Saya mau benahi Jakarta, gitu aja,” ujar Adhyaksa.
Ogah Duet Ahok
Adhyaksa menyatakan siap bertarung di Pilgub DKI 2017. Namun, dia enggan dipasangkan dengan calon petahan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Bukan tanpa alasan Adhyaksa menolak duet bareng Ahok. Pria berkumis tebal itu mengaku tidak memiliki kesamaan visi dan misi dalam membangun Jakarta.
"Kalau untuk Pak Ahok saya tidak. Kenapa? Karena kalau Pak Ahok visi dan misi saya beda, pendekatannya beda," ujar Adhyaksa.
Selain tak memiliki kesamaan tujuan, Adhyaksa juga mengaku kesal dengan sikap Ahok yang dianggapnya tidak bisa memegang komitmen. Hal itu bermula ketika keduanya melakukan pertemuan 4 mata akhir September 2015 lalu.
Saat itu keduanya sepakat agar pembicaraan 4 mata itu menjadi rahasia dan tidak perlu dipublikasi. Namun rupanya Ahok dianggap ingkar oleh Adhyaksa. Sebab, mantan Bupati Belitung Timur itu mengungkapkan hasil pertemuannya kepada publik.
"Saya kira, saya kecewa dengan Pak Ahok ketika dia lari dari komitmen. Ketika saya berbicara 4 mata dan itu dibocorkan kepada wartawan. Buat saya janji itu penting," ucap dia.
Menurut Adhyaksa, apa yang disampaikan Ahok ke publik bukanlah poin pembahasan dalam pertemuan saat itu. Namun akibat perkataan Ahok itu, Adhyaksa di-bully publik.
"Beliau mengatakan bahwa Pak Adhyaksa sebenarnya tidak mau maju, tapi maju karena saya didesak sama teman-teman yang beragama Islam, saya orang Kristen, kan gitu ngomongnya. Terus akhirnya saya di-bully habis-habisan. Padahal bukan begitu poinnya," beber Adhyaksa.
Atas dasar itu, Adhyaksa enggan berpasangan dengan Ahok dalam Pilgub DKI 2017 nanti. Ketua Kwartir Nasional Pramuka itu pun lebih memilih berduet dengan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil atau yang akrab disapa Kang Emil.
"Saya pikir, bagaimana saya bisa mendampingi atau didampingi beliau kalau tidak sama visi dan misinya. Prinsip saja lah, soal komitmen saja dulu. Itulah yang membuat saya terpincut dengan Kang Emil," ucap dia.
Sebab menurut Adhyaksa, sosok Ridwan Kamil jauh lebih baik daripada Ahok. Orang nomor 1 di Bandung itu dianggap memiliki kharisma sebagai pemimpin yang santun dan dicintai rakyat.
Namun hingga saat ini Emil belum menyatakan kesiapannya untuk bertarung di bursa Pilgub DKI 2017. Kendati, Adhyaksa menegaskan tetap akan maju merebut kursi DKI 1 melawan Ahok.
"Kalau beliau (Emil) keputusan tidak maju, saya tetap maju. Saya siap maju dan bersaing, terutama dengan Pak Ahok," pungkas Adhyaksa.