Bahasa Jadi Kendala Investor China Tanamkan Investasi ke RI

Pada periode 2010-2014 komitmen investasi China hanya US$ 11 miliar, pada 2015 meningkat dua kali lipat menjadi US$ 22 miliar.

oleh Septian Deny diperbarui 29 Feb 2016, 13:15 WIB
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani memberikan keterangan terkait strategi kejar target investasi 2016, Jakarta (8/1). BKPM menyiapkan 5 langkah strategi mendukung pertumbuhan investasi tahun 2016. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan membentuk meja (desk) khusus bagi investor China. Keberadaan desk ini diharapkan bisa mendorong‎ realisasi investasi China di Indonesia.

Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, komitmen investasi China di Indonesia melonjak pada tahun lalu. Jika pada periode 2010-2014 komitmen investasi China hanya US$ 11 miliar, pada 2015 meningkat dua kali lipat menjadi US$ 22 miliar.

Melihat peningkatan komitmen investasi tersebut, menurut Franky, sangat penting untuk ‎mengawal komitmen investasi China ini hingga benar-benar terealisasi. Itu karena selama ini realisasi investasi China termasuk rendah.

Pada periode 2010-2014 realisasi investasi China hanya sebesar 7 persen, sedangkan pada 2015 sebesar 14 persen.

"Rata-rata dari 5 tahun ini sudah double. Makanya ini merupakan tanggungjawab kita untuk mendukung komitmen investasinya.‎ Kita dorong lebih cepat realisasinya dengan dukungan berbagai pihak," ujar dia di Jakarta, Senin (‎29/2/20216).


Franky menyatakan, masih minimnya realisasi ‎investasi China tersebut terkendala dua faktor. Pertama, para investor China yang akan berinvestasi di Indonesia sering kali salah memilih rekan bisnis lokal. Akibatnya, rencana investasi tersebut tidak berkembang dan hanya jalan di tempat.

‎"Seringkali mereka menemukan rekan di Indonesia yang tidak tepat. Makanya kami dengan Kadin China akan memfasilitasi itu," kata dia.

Sedangkan faktor kedua yang membuat rencana investasi China tidak berjalan dengan baik yaitu soal bahasa. Hal yang sama sebelumnya juga terjadi pada investasi Jepang dan Korea Selatan. Namun seusai memiliki desk khusus, realisasi investasi bagi kedua negara tersebut terus meningkat.

"Pemerintah butuh orang-orang yang paham dengan bahasanya. Kita juga sudah ada desk Korea Selatan, desk Jepang karena memang bahasanya berbeda," kata dia.

Dengan adanya desk khusus investasi China, Franky berharap akan memberikan kemudahan bagi para investor asal China untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Pada pada ujungnya, peningkatan investasi ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan penyerapan tenaga kerja di dalam negeri.

"Dengan semakin besarnya minat investasi ini kita butuh (desk khusus). Karena dengan desk ini kita kurangi lag antara komitmen dan realisasi investasi," tandasnya.(Dny/Nrm)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya