Kisah Deni Dipasung 24 Tahun hingga Berlumut

Sekalipun Deni tak pernah keluar dari gubuk sempit itu. Bahkan untuk buang air, harus dilakukan di dalam gubuk samping kandang ayam itu.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 01 Mar 2016, 19:40 WIB
Deni Aditama dipasung hingga 24 tahun (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Bogor - Deni Aditama dulu dikenal sebagai anak yang ramah dan periang di kampungnya. Keriangannya itu perlahan sirna ketika kedua orangtuanya berpisah.

Seiring bertambahnya usia, Deni dianggap dihinggapi gejala stres. Banyak perilaku Deni yang berubah. Gara-gara inilah, pada usia 11 tahun, Deni dikurung dalam sebuah ruangan yang dibuat khusus.

Hingga kini di usianya yang ke-35 tahun, Deni hanya menghabiskan waktunya di gubuk berukuran 2x2 meter, yang berada di depan rumah saudaranya di Kampung Waringin Jaya RT02/RW06 Desa Waringin Jaya, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.




Deni Aditama dipasung hingga 24 tahun (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Deni tak pernah keluar dari gubuk sempit itu sekalipun. Bahkan untuk buang air, harus dilakukan di dalam gubuk samping kandang ayam itu. Tak heran bila bau tak sedap tercium menyengat dari gubuk itu.


Deni pun harus tidur di atas ubin bercampur tanah. Dinding bangunan yang sudah rapuh penuh tambalan lembaran seng menjadi penghalang dari terpaan angin.

Deni diperlakukan tak lebih seperti binatang. Dari cara memberi makan hingga tidak pernah dimandikan selama puluhan tahun.

Pintu ruangan sempit itu selalu tertutup rapat. Angin hanya bisa masuk dari jendela ruangan yang dibuat seperti jeruji penjara dengan menggunakan besi bangunan.

Saudara Deni, Maya mengatakan, perilaku keponakannya berubah sejak kedua orang tuanya berpisah 31 tahun lalu. "Mulai gejala stres saat dia berumur 4 tahun," tutur Maya, Selasa (1/3/2016).

Sejak kecil, Deni memang kerap diperlakukan kurang baik oleh ayah kandungnya bernama Suganda. Bahkan, Deni pernah dibuang oleh ayahnya ke suatu tempat. Namun Deni akhirnya bisa kembali pulang ke rumahnya.

"Memang dari kecil dia kayak kurang kasih sayang dari orang tuanya," ujar Maya.

Jika jiwanya sedang terganggu, kata Maya, Deni sering memanggil nama ayahnya kepada setiap pria yang melintas di depannya, hingga marah-marah dan mengamuk merusak barang-barang.

"Kalau sama anak kecil, galak. Suka ngejar-ngejar," kata dia.

Alasan itulah yang menjadikan keluarga memasung Deni di dalam sebuah gubuk yang sengaja dibangun di halaman depan rumah saudaranya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya