Liputan6.com, Jakarta Pro kontra mengenai larangan pria yang bergaya kemayu di televisi yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) , masih terus berlanjut. Kali ini, Lola Amaria ikut urun suara.
Lola Amaria beranggapan, bahwa aturan tersebut perlu dikaji ulang. "Boleh atau nggak bolehnya tetap harus punya parameter sejauh mana aturan itu diberlakukan," ucap Lola Amaria saat ditemui di kawasan Jalan Kapten Tendean, Jakarta Selatan, Selasa (1/3/2016).
Gaya laki-laki berperilaku wanita di program televisi, kata Lola Amaria, bagian dari ekspresi berkesenian. Ia pun menyayangkan jika hal tersebut dibatasi.
"Orang mau berperilaku kelaki-lakian atau keperempuanan, itu hak tiap orang, nggak boleh dilarang. Makanya saya tanya sejauh mana (larangan) teve untuk mana yang boleh dan nggak boleh," katanya.
Baca Juga
Advertisement
Ia lantas mencontohkan keberadaan penari Didik Nini Towok yang bergaya halus dan lembut saat sedang tampil menari di televisi.
"Dia kan bergaya keperempuanan karena itu seni. Dia menari sebagai Shinta dengan topeng dan memperlihatkan gerakan gemulai. Bukan berarti dia kenapa-kenapa juga kan," ia mengakhiri.
Seperti diberitakan sebelumnya, pada 23 Februari lalu, KPI mengeluarkan surat edaran yang melarang pria bergaya kewanita-wanitaan untuk tampil di televisi. Ada tujuh poin yang menjadi sorotan KPI , beberapa di antaranya adalah gaya berpakaian, riasan make up, bahasa tubuh dan gaya bicara yang kewanitaan.
Dalam surat edaran tersebut, KPI menilai hal-hal ini tidak sesuai dengan ketentuan penghormatan terhadap norma kesopanan dan kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat serta perlindungan anak-anak dan remaja.
(GIE/Rtn)