Harga Minyak Dunia Naik, Rupiah Menguat ke 13.277 per Dolar AS

Penguatan rupiah hampir menyentuh 4 persen jika dihitung dari awal tahun.

oleh Arthur Gideon diperbarui 02 Mar 2016, 13:01 WIB
Pengunjung memperlihatkan uang pecahan US$100 di Jakarta, Jumat (9/10/2015). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (9/10/2015) mengalami penguatan, bahkan bergerak ke level Rp 13.400. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat sepanjang pekan ini. Penguatan rupiah hampir menyentuh 4 persen jika dihitung dari awal tahun.

Mengutip Bloomberg, Rabu (2/3/2016), rupiah berada di level 13.277 per dolar AS pada pukul 12.15 WIB. Level tersebut menguat jika dibandingkan dengan pembukaan yang ada di level 13.295 per dolar AS dan juga jika dibandingkan dengan penutupan kemarin yang ada di level 13.346 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.257 per dolar AS hingga 13.325 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah telah menguat 3,71 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah dipatok di 13.314 per dolar AS. Menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada dilevel 13.367 per dolar AS.

Dalam catatan Bloomberg, mata uang di negara-negara berkembang mengalami penguatan sejak awal pekan ini. Kisaran penguatan tersebut antara 0,1 persen hingga 1,4 persen. Rupiah menguat 0,5 persen, ringgit Malaysia naik 0,4 persen dan rupee indoa naik 0,3 persen.

Analis Obligasi Morgan Stanley Investment Management, New York, AS, Jens Nystedt menjelaskan, rupiah dan rupee cukup atraktif karena ada kemungkinan penurunan suku bunga acuan setelah melihat data-data ekonomi yang ada.

Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Februari 2016 terjadi deflasi sebesar 0,09 persen. Kondisi ini berbeda dibandingkan Januari yang mengalami inflasi sebesar 0,51 persen.

Adapun tingkat inflasi untuk tahun kalender (Januari–Februari) 2016 tercatat sebesar 0,42 persen. Dan tingkat inflasi untuk tahun ke tahun (Februari 2016 terhadap Februari 2015) sebesar 4,42 persen.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, rupiah masih melanjutkan tren penguatan bersamaan dengan pelemahan dolar terhadap beberapa nilai tukar mata uang negara-negara di Asia.

"Inflasi Februari 2016 yang diumumkan naik hanya memberikan efek negatif yang minimal terlihat juga dari imbal hasil SUN 10 tahun yang turun tipis setelah beberapa hari sebelumnya mengalami kenaikan," jelasnya.

Dari eksternal harga minyak yang konsisten naik akan terus memberikan dorongan penguatan ke rupiah serta aset berdenominasi rupiah lainnya. (Gdn/Ndw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya