Ini Pendorong Laba BCA Naik Jadi Rp 18 Triliun

Penerapan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit secara konsisten telah memungkinkan BCA untuk mempertahankan rasio kredit bermasalah

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 03 Mar 2016, 20:57 WIB
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja saat memberi paparan kinerja kerja Bank BCA di Jakarta, (3/3). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatat kinerja bisnis dan keuangan yang positif untuk tahun 2015. Perusahaan membukukan pertumbuhan laba bersih 9,3 persen menjadi Rp 18 triliun, dari tahun sebelumnya Rp 16,5 triliun.

Keuntungan itu salah satu sumbangan terbesar dari pendapatan di sektor kredit‎ dan biaya bunga (cost of funds) yang lebih rendah. Pendapatan bunga bersih tumbuh 12 persen menjadi Rp 35,9 triliun.

‎Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan, salah satu sektor kredit yang mencatatkan pertumbuhan cukup tinggi adalah di sektor korporasi. Kredit korporasi tercatat meningkat 17,2 persen menjadi Rp 141,3 triliun.

"Kita tahu ada kebijakan revaluasi aset, sehingga banyak perusahaan yang lakukan revaluasi aset. Itu semua membutuhkan likuiditas, makanya ini meningkat," kata Jahja di Jakarta, Kamis (3/3/2016).

Selain itu, dia mengungkapkan peningkatan kredit korporasi tersebut dikarenakan mulai banyak perusahaan yang mengurangi risiko utang dengan kurs dolar. Ini karena sampai saat ini nilai tukar rupiah yang cukup sensitif terhadap dolar.


"Banyak perusahaan yang tidak nyaman pinjam dalam dolar. Sebab itu dia konversi dari dolar ke rupiah. Itu dua faktor kenaikan kredit korporasi meningkat‎," tegas Jahja.

Adapun posisi kredit BCA tercatat, kredit komersial dan usaha kecil dan menengah (UKM) naik 9 persen menjadi Rp 146,2 triliun. Pertumbuhan kredit korporasi, komersial dan UKM ditopang membaiknya kondisi ekonomi dan siklus konsumsi yang naik menjelang akhir tahun.

Kenaikan kredit konsumer yang sebesar 8,9 persen menjadi Rp 100,5 triliun pada 2015 didukung berbagai program inovatif dengan suku bunga yang menarik.

KPR tumbuh 8,7 persen menjadi Rp 59,4 triliun. Sementara KKB naik 9,6 persen menjadi Rp 31,6 triliun di 2015. Pada periode yang sama, outstanding kartu kredit meningkat 8,1 persen menjadi Rp 9,5 triliun.

Penerapan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit secara konsisten telah memungkinkan BCA untuk mempertahankan rasio kredit bermasalah (NPL) pada level yang rendah sebesar 0,7 persen, atau naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar 0,6 persen. Sementara rasio cadangan kredit bermasalah sebesar 322,2 persen.

"Kami tetap menyadari bahwa potensi peningkatan kredit bermasalah pada sektor perbankan Indonesia secara keseluruhan dapat memberikan efek berantai terhadap kualitas kredit BCA. Namun kami memperkirakan masih tetap dalam tingkat yang dapat ditoleransi," tutup Jahja.‎ (Yas/Nrm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya