N Riantiarno: KPI Tak Paham Sejarah Seni Pertunjukan

Terkait larangan KPI soal acara yang menampilkan pria bertingkah laku seperti wanita, begini tanggapan seniman N Riantiarno

oleh Sulung Lahitani diperbarui 04 Mar 2016, 15:03 WIB
Terkait larangan KPI soal acara yang menunjukkan pria bertingkah laku seperti wanita, begini tanggapan seniman N. Riantiarno

Citizen6, Jakarta - Beberapa waktu lalu, KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) mengeluarkan surat edaran yang berisi larangan menyiarkan acara yang menampilkan seorang pria bertingkah laku seperti wanita. Langsung saja, surat edaran tersebut mengundang reaksi dari berbagai pihak, terutama dari pekerja seni. 

Sebagaimana kita ketahui, dalam seni pertunjukan adalah hal yang lumrah seorang pria berpakaian seperti wanita atau sebaliknya. Dalam ludruk, misalnya. Kerap kali, lakon perempuan dalam ludruk dimainkan oleh pria.

Hal itu pula yang disinggung oleh seniman dan sutradara Teater Koma, N Riantiarno. Saat mementaskan naskah "Semar Gugat" semalam, tokoh Srikandi diperankan oleh Rangga Riantiarno, sementara tokoh Arjuna justru dimainkan oleh Daisy Lantang.

Gatot Kaca mencoba menasehati Srikandi dalam lakon Semar Gugat di GKJ, Jakarta, Kamis (3/3/2016). Setelah 20 tahun, lakon Semar Gugat kembali dipentaskan teater koma di Gedung Kesenian Jakarta, 3-10 Maret. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
 

Menurut dia, pemilihan tokoh pria memainkan lakon Srikandi dan tokoh wanita memainkan Arjuna, tak berbeda dengan 21 tahun lalu. Dengan kata lain, dulu peran wanita dimainkan oleh pria bukanlah sesuatu yang patut dipermasalahkan.

"Saya tidak tahu. Ketika saya merencanakan pementasan 'Semar Gugat', belum ada larangan dari KPI," kata N Riantiarno saat ditemui usai pementasan "Semar Gugat" di Gedung Kesenian Jakarta, Kamis (3/3/2016).

Adegan hubungan percintaan antara Arjuna dan para istrinya dalam lakon Semar Gugat di GKJ, Jakarta, Kamis (3/3/2016). Setelah 20 tahun, lakon Semar Gugat kembali dipentaskan teater koma di Gedung Kesenian Jakarta, 3-10 Maret. (Liputan6.com/Helmi Fithrians
 

Ia menambahkan, di Inggris saja naskah "Romeo dan Juliet" milik Shakespeare bernasib sama dengan "Semar Gugat". Di atas panggung, Romeo diperankan oleh seorang wanita dan Juliet dimainkan oleh seorang pria. Barulah saat difilmkan, Romeo dan Juliet dimainkan sesuai jenis kelamin.

"Jadi ini sebetulnya kita melihat, barangkali KPI tidak melihat sejarah seni pertunjukan. Orang-orang dulu memang banyak laki-laki yang melakonkan perempuan," tutur N Riantiarno.

Perselisihan Arjuna dan Prabu Sanggadonya Lukanurani dalam lakon Semar Gugat di GKJ, Jakarta, Kamis (3/3/2016). Setelah 20 tahun, lakon Semar Gugat kembali dipentaskan teater koma di Gedung Kesenian Jakarta, 3-10 Maret. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
 

Ia akhirnya beranggapan kalau KPI sebenarnya tidak mengetahui sejarah seni pertunjukan di Indonesia. Ia juga berharap hal ini menjadi pembelajaran agar lembaga lain berhati-hati saat mengeluarkan surat edaran.

"Intinya, jangan bikin peraturan kalau tidak menguasai sejarah seni pertunjukan," ucap dia. (Sul)

* Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV dan Indosiar Mulai Pukul 06.00 - 09.00 WIB. Klik di sini

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya