Liputan6.com, Washington D.C. - Para astronom telah menetapkan sebuah galaksi paling jauh dan memecahkan rekor jarak kosmik. Hal itu ditemukan setelah para peneliti menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble pada batas maksimalnya untuk mengonfirmasi keberadaan galaksi tersebut.
Galaksi tersebut berjarak 13.4 miliar tahun cahaya dan menjadi benda terjauh dan tertua di alam semesta. Cahaya yang terlihat dari galaksi itu telah memulai perjalanannya sejak 400 juta tahun setelah fenomena Big Bang terjadi.
Para astronom mengukur jarak ke galaksi yang diberi nama GN-z11 dengan memisahkan cahayanya menjadi beberapa komponen warna. Seperti yang dilansir oleh Daily Mail pada Kamis (3/3/2016), karena alam semesta terus berkembang, objek yang menjauh dari bumi cahayanya membentang hingga akhir spektrum yang berwarna merah, atau dikenal dengan fenomena red shift.
Menurut para ilmuwan, semakin besar objek tersebut mengalami red shift, maka semakin jauh hal itu. Sebelumnya para astronom menyebut bahwa EGSY8p7 memegang rekor red shift pada angka 8,68, namun GN-z11 mengalahkannya dengan angka 11,1
Baca Juga
Advertisement
Seorang anggota tim dari Yale University, Dr. Pascal Oesch, berkata "Kami telah mengambil langkah besar untuk menyusuri waktu, melampaui apa yang pernah kami harapkan dengan menggunakan Teleskop Hubble."
"Kami berhasil melihat kembali ke masa lalu untuk mengukur jarak galaksi ketika alam semesta hanya berumur 3 persen dari saat ini," tambahnya.
GN-z11 dipercayai mempunyai ukuran 25 kali lebih kecil dari Galaksi Bima Sakti, namun tumbuh dan 'menelurkan' bintang baru 20 kali lebih cepat daripada galaksi kita.
Penemuan ini telah dipublikasikan di Astrophysical Journal dan menimbulkan banyak pertanyaan. Hal tersebut muncul karena berdasarkan teori terbaru, evolusi kosmik bahkan galaksi dengan ukuran tersebut tidak dapat terjadi pada waktu lampau.
Penulis lainnya dalam jurnal tersebut, Dr. Ivo Labbe, dari Univeristy of Leiden Belanda, berkata "Penemuan GN-z11, menunjukkan kepada kita bahwa pengetahuan kita terhadap alam semesta awal masih sangat terbatas."
"Proses terbentuknya GN-z11 masih menjadi misteri hingga saat ini," tambahnya.
Seorang rekan penulis lainnya dan juga merupakan profesor astronomi dan astrofikasi di UC Santa Cruz, Garth Illingworth, mengatakan bahwa timnya telah menggunakan Teleskop Hubble milik NASA untuk mendapat data spektroskopi yang diperlukan untuk menemukan red shift dari galaksi. Hal itu digunakan dalam mengukur jarak ke bumi.
Para astronom mengira bahwa Teleskop Hubble tak dapat menemukan hal tersebut karena sebelumnya mereka menduga bahwa hanya Teleskop James Webb yang dapat melakukannya.
"Ini luar biasa bahwa Hubble dapat melakukan hal tersebut," ujar Illingworth.
"Penemuan terbaru ini menunjukkan bahwa Teleskop Webb pasti akan menemukan banyak galaksi muda..." tambahnya.
Dr. Oesch tak menduga bahwa Teleskop Hubbel sanggup menemukan galaksi itu. Ia berkata, "Kami telah mengambil langkah besar kembali ke masa lalu, lebih dari apa yang pernah kita duga dengan menggunakan Hubble."
Sebelumnya, tim tersebut telah memperkirakan jarak GN-z11 dengan teknik fotometri, menggunakan filter untuk mengukur cahaya pada gelombang berbeda dengan Teleskop Hubble dan Spitzer NASA.
Temuan ini menjadi pratinjau yang menarik untuk pengamatan berikutnya dengan menggunakan Teleskop James Webb yang akan diluncurkan ke luar angkasa pada 2018.
Penemuan itu juga memiliki konsekuensi penting bagi Wide-Field Infrared Survey Telescope (WFRIRST) NASA, yang akan memiliki kemampuan untuk menemukan galaksi lainnya yang memiliki jarak jauh.
*** Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV dan Indosiar pukul 06.00-09.00 WIB. Klik di sini.