Muncul Jelang Gerhana Matahari 2016, Asteroid Picu Isu 'Kiamat'

Melintasnya asteroid 2013 TX68 dekat Bumi, supermoon, dan Gerhana Matahari Total terjadi relatif bersamaan.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 05 Mar 2016, 21:23 WIB
Ilustrasi Gerhana Matahari Total (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Tiga fenomena langit akan terjadi pada waktu relatif berdekatan: melintasnya asteroid 2013 TX68 dekat Bumi, supermoon, dan gerhana Matahari total yang akan terjadi di wilayah Indonesia.

Pada 8 Maret 2016, asteroid 2013 TX68 yang memiliki lebar 30 meter diperkirakan akan melintas dalam jarak relatif dekat dengan Bumi, yakni 19 ribu mil atau 30.577 km. Awalnya, NASA memperkirakan peristiwa tersebut akan terjadi pada 5 Maret.

Batu angkasa tersebut akan melintas di dalam orbit geostasioner yang disesaki satelit komunikasi dan GPS, yang berada di ketinggian 22.300 mil dari Bumi.


"Jika jarak asteroid ini lebih dekat dengan orbit geostasioner adalah kejadian yang langka. Itu hanya terjadi sekali dalam satu dekade untuk satelit besar," kata Sean Marshall, astronom dari  Cornell University, New York, seperti dikutip dari Guardian.

"Namun yang pasti, asteroid itu tak akan bertabrakan dengan Bumi. Jadi, jangan panik." Batu angkasa tersebut, dia menambahkan, juga tak akan membahayakan Stasiun Antariksa Internasional (ISS) yang berada di ketinggian 250 mil di atas planet manusia.

Asteroid 2013 TX68 yang memiliki lebar 30 akan melintas dekat Bumi (NASA/JPL-Caltech)


Senada, Paul Chodas, manajer Center for Near-Earth Object Studies (CNEOS) NASA mengungkapkan, memang ada kemungkinan asteroid tersebut melintas dalam jarak lebih dekat. Namun, "yang pasti tidak lebih dekat dari 24 ribu km di atas permukaan Bumi."

Sementara itu, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin memastikan, gerhana Matahari total yang akan teramati di 12 provinsi di Indonesia bukanlah peristiwa bahaya, melainkan istimewa.

Meski sejumlah ilmuwan telah menawarkan penjelasan yang ilmiah, sejumlah isu liar bertebaran di dunia maya.


'Kode' Kiamat

Seperti dikutip dari situs media Inggris, Express, Sabtu (5/3/2016), sejumlah netizen meragukan bahwa asteroid tersebut akan melewati Bumi dengan selamat. Alasannya, keberadaannya akan tertutup oleh sinar matahari.

Apalagi, NASA mengaku tak yakin berapa jarak batu angkasa itu dari Bumi. Sejauh ini, Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut baru memberikan prediksi.

Jauh hari sebelumnya, sebelum kabar soal asteroid TX68 muncul, beberapa 'peramal' di internet merilis video, yang memperingatkan bahaya asteroid, bahkan objek mistis semacam Nibiru atau Planet X, akan menabrak Bumi pada Maret 2016, yang -- lagi-lagi -- memicu isu kiamat.

Gerhana matahari total yang terjadi pada 9 Maret 2016 -- atau di belahan Bumi lain bertepatan pada 8 Maret --  serta terjadinya supermoon pertama pada 2016 juga menyulut rumor.

Dalam video berjudul  Armageddon March 8th???, Mike Morales mempertanyakan bagaimana NASA memastikan asteroid itu tak akan menabrak Bumi.

"2013 TX68 datang pada hari yang sama (dengan gerhana dan supermoon), dan apa yang mereka katakan adalah kita tidak akan dapat melihat atau melacak dengan teleskop karena batu itu muncul dari sisi Matahari," kata dia.

"Siapa tahu akan terjadi malapetaka. Tak ada media yang memperingatkan, tiada peringatan dari NASA, jadi aku akan bersiap. Pastikan Anda memiliki persediaan makanan dan air," kata Morales.

Ilustrasi tubrukan asteroid dengan Bumi (Discovery)



Kanal BPEarthWatch di situs berbagi video juga merilis video kekhawatiran terhadap ketidakpastian. Menurut pengunggahnya, karena berada di antara Bumi dan Matahari asteroid tersebut tak akan terlihat.

Tak hanya itu, peringatan juga dikeluarkan kanal Nemesis Maturity. Meski tak meramalkan kiamat, pembuatnya memperingatkan terjadinya kenaikan permukaan air laut.

Mereka juga merilis sebuah 'kode'.  Dalam video itu, mereka mengatakan TX68 akan melintasi Bumi pada 8 Maret -- hari ke-68 pada 2016.

Mereka juga menyebut, kita akan menyambut gerhana ke-68 dalam abad ini.

"Supermoon akan sejajar dengan Matahari, yang memicu efek signifikan pada lautan di Bumi."

Trio peristiwa astronomi tersebut juga membuat sejumlah orang yang mengatasnamakan kepercayaan, untuk membuat ramalan versi mereka sendiri.

Tak hanya NASA yang memberi bantahan. Profesor Gary Shogren, mantan pemuka agama yang mempelajari Perjanjian Baru di Aberdeen University berkomentar, "seseorang tak bakal rugi jika memprediksi kiamat." Itu mengapa banyak orang yang masih melakukannya, meski terkadang dilandasi kebohongan semata.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya