Liputan6.com, Jakarta - Sejarawan JJ Rizal melihat keberadaan kebudayaan Betawi di Jakarta semakin terkikis. Sebab, dia melihat kebudayaan dan orang Betawi sendiri hanya diingat setahun sekali.
"Ketika ulang tahun Jakarta. Itu pun hanya sebatas keramaian dan cara berpakaian serta tampilan aneka kesenian saja. Tapi tentang satu proyek politik raksasa yang mentakdirkan kebudayaan Betawi, tidak pernah teragendakan," ujar Rizal di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (6/3/2016).
Menurut Rizal, kealpaan terhadap kebudayaan Betawi itu sendiri tak lepas dari pemimpinnya. Saat ini, tak ada Gubernur DKI yang peduli terhadap kebudayaan Betawi setelah Ali Sadikin. Ali Sadikin menjabat orang nomor 1 di Jakarta pada periode 1966-1977.
Baca Juga
Advertisement
"Setahu saya, sampai saat ini tidak ada satu pun Gubernur setelah Bang Ali yang bisa mengelola kebudayaan Betawi di Jakarta dalam konteks kota yang punya identitas kultural," ujar alumni Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia itu.
Padahal, lanjut dia, di Jakarta sebagai kota yang kosmopolit, Betawi memiliki basis yang baik. Sebab, Betawi memiliki kebudayaan yang secara historis sangat plural dan demokratis. Hal yang mana ditunjukkan dari beragamnya kebudayaan Betawi, mulai dari kesenian, makanan, maupun cara berbahasa.
"Itu menunjukkan sikap yang sangat kosmopolit. Karena memang kebudayaan Betawi lahir dari sejarah dan tradisi kosmopolitanisme sebuah kota bandar bernama Sunda Kelapa. Yang menyedihkan, tidak ada satu pun gubernur atau calon gubernur setelah Bang Ali yang menganggap unsur kebududayaan di Jakarta sangat penting dalam perspektif kita di kota kosmopolit," ujar Rizal.
*** Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV, dan Indosiar pukul 06.00-09.00 WIB. Klik di sini.