Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)/Inalum digadang-gadang bakal menjadi induk holding BUMN di sektor tambang. Hal ini karena kepemilikan saham pemerintah di BUMN ini masih 100 persen.
Namun, di tengah rencana itu, Inalum justru menunjukkan kinerja menurun pada 2015. Hal ini terlihat dari pencapaian laba bersih perusahaan sekitar US$ 79 juta.
"Ini relatif turun kalau dibandingkan tahun lalu, tapi untuk perusahaan yang berbisnis di sektor komoditas, kita masih bagus," kata Direktur Utama Inalum Winardi Sunoto saat berbincang dengan wartawan yang ditulis, Senin (7/3/2016).
Berbeda dari pencapaian tahun 2014 yang saat itu mencapai US$ 128,7 juta. Sementara pada 2013, saat itu kepemilikan Inalum masih di tangan Jepang, tercatat laba US$ 64 juta.
Baca Juga
Advertisement
Winardi menambahkan penurunan laba disebabkan harga komoditas yang menunjukkan penurunan sepanjang 2015. Berbeda dengan 2014 dengan harga komoditas, khususnya aluminium meningkat.
Untuk mengantisipasi harga komoditas yang menurun itu, Winardi menyatakan telah melakukan beberapa strategi efisiensi sejak tahun lalu, dan akan berlanjut di tahun ini.
"Kita lakukan efisiensi, dari bahan baku kita cari sumber yang harganya kompetitif, dari pengendalian biaya kita kontrol," tegas dia.
Selain itu, Winardi menuturkan akan terus melakukan ekspansi pasar dalam negeri. Meski harga aluminium dan kinerja perusahaan menurun, namun pasokan aluminium di dalam negeri saat ini masih defisit. Ini yang terus dimanfaatkan oleh Inalum.
Winardi mengatakan, pihaknya telah menganggarkan setidaknya sekitar US$ 300 juta untuk belanja modal (capex) pada 2016. "Kebutuhan tahun ini paling besar untuk bangun PLTU (Kuala Tanjung, Sumatra Utara, kapasitas 2x350 MW)," ujar dia. (Yas/Ahm)
Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV dan Indosiar Mulai Pukul 06.00 - 09.00 WIB. Klik di sini