Dana Investor Asing Masuk ke Pasar Keuangan RI

Harapan pertumbuhan ekonomi dan imbal hasil surat utang lebih menarik mendorong aliran dana investor asing masuk ke Indonesia.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Mar 2016, 13:44 WIB
Ilustrasi Investasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Aliran dana investor asing terus masuk ke pasar keuangan Indonesia terutama surat utang negara (SUN).

Harapan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik pada 2016 dan imbal hasil (yield) yang lebih menarik dinilai menjadi pendorong aliran dana investor asing masuk ke surat utang negara (SUN).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, seperti dikutip Senin (7/3/2016), dana investor asing masuk ke surat berharga negara (SBN) mencapai Rp 31,7 triliun dari periode 31 Desember 2015 sebesar Rp 558,5 triliun menjadi Rp 590,22 triliun pada 3 Maret 2016.

Total dana investor asing di SBN sebesar Rp 590,22 triliun itu terdiri dari SUN mencapai Rp 580,83 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp 9,39 triliun hingga 3 Maret 2016.

Tak hanya di surat utang, hingga perdagangan Jumat 4 Maret 2016, aliran dana investor asing masuk ke pasar modal Indonesia mencapai Rp 3,7 triliun.

 

Analis menilai ada sejumlah faktor mendukung aliran dana investor asing masuk ke surat utang Indonesia. Pertama, imbal hasil SUN yang ditawarkan lebih menarik dengan tenor sama ketimbang surat utang negara lain.

Analis Obligasi PT MNC Securities I Made Saputra menuturkan, SUN bertenor 10 tahun dengan yield sekitar 7,9 persen, sedangkan yield di India 7,6 persen. Made menuturkan, penawaran imbal hasil surat utang di Indonesia lebih menarik.

Kedua, Made menambahkan, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga mendorong investor asing masuk ke pasar SUN.  Ketiga, penerapan suku bunga negatif di Jepang dan Eropa juga berdampak positif untuk Indonesia.

"Negatif interest rate mendorong orang untuk meminjam dalam bentuk yen lalu masuk ke emerging market termasuk Indonesia. Jadi carry trade," kata Made saat dihubungi Liputan6.com, Senin (7/3/2016).

Sementara itu, Research Director Kenta Institute Erick Alexander menambahkan, fundamental ekonomi Indonesia lebih baik pada 2016 juga mendorong investor asing untuk masuk ke Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi diharapkan di atas lima persen pada tahun ini ketimbang tahun lalu di kisaran 4,7 persen.

Made mengatakan, aliran dana investor asing masuk ke Indonesia membuat pemerintah mendapatkan pendanaan lebih murah. Apalagi suku bunga acuan/BI Rate turun menjadi 7 persen.

"Biaya pemerintah untuk mendapatkan pendanaan jadi turun. Bila awal tahun yield bisa delapan persen sekarang sekitar 7,9 persen," kata dia.

Ia melanjutkan, imbal hasil SUN lebih murah juga dapat menggairahkan obligasi korporasi. Lantaran manajemen perusahaan juga melihat imbal hasil SUN sebagai acuan obligasi yang akan diterbitkan. "Cost of fund emiten juga turun. Emiten dapat menerbitkan obligasi untuk refinancing dan dapat pendanaan murah tetapi emiten juga harus hati-hati," ujar Made.


Aliran Dana Investor Asing Topang Rupiah

Aliran Dana Investor Asing Topang Rupiah

Selain itu, Made menilai pemerintah dapat memanfaatkan momen aliran dana investor asing yang masuk ke surat utang untuk menerbitkan surat utang.

Langkah ini juga dilakukan mengantisipasi apabila ada aliran dana investor asing keluar dari pasar keuangan Indonesia.

"Pemerintah akan menerbitkan obligasi ritel Indonesia (ORI), sukuk ritel, dan saving bond ritel. Pemerintah sudah memiliki potensi investor di dalam negeri. Ini dapat mengantisipasi capital outflow karena investor lokal berbeda dengan asing yang tiba-tiba dapat keluar," kata Made.

Erick menambahkan, aliran dana investor asing masuk ke Indonesia juga menguatkan nilai tukar rupiah. Ia memperkirakan, nilai tukar rupiah dapat bergerak di kisaran 12.800-13.300 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2016.

Akan tetapi, Erick mengingatkan aliran dana investor asing masuk ke portofolio surat utang termasuk hot money yang tiba-tiba dapat keluar dari Indonesia. Apalagi bila ada sentimen global yang kurang baik misalkan dari China dan AS. Namun, Erick menilai saat ini risiko global masih terjaga.

"Aliran dana dapat keluar apabila pertumbuhan ekonomi AS tidak sesuai diharapkan demikian juga China, dan juga harga minyak.

Selain itu, aliran dana investor asing masuk ke portofolio juga diharapkan dapat diimbangi dengan foreign direct investment (FDI). Made menuturkan, Indonesia akan lebih stabil bila FDI juga digenjot pemerintah. (Ahm/Igw)

 

Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV dan Indosiar Mulai Pukul 06.00 - 09.00 WIB. Klik di sini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya