Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 14 negara di Asia (Indonesia, Bangladesh, Malaysia, India, China, Mongolia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Filiphina, Singapura, Srilanka, Thailand dan Vietnam) mengikuti program pelatihan Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT) di RSCM, Jakarta. Masing-masing negara mengirimkan dua pembicara, sedangkan dari India tiga pembicara, satu orang dari Australia dan satu perwakilan dari Indonesia.
Seperti disampaikan Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional Prof Soehartati Gondhowiardjo, IMRT merupakan teknologi radioterapi yang sebenarnya telah menjadi standar pada sejumlah kasus kanker. Alat canggih ini memungkinkan pasien kanker menerima pengobatan tanpa efek samping.
Baca Juga
Advertisement
"Saat ini prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1000 penduduk. Terdapat peningkatan 0,4 dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya 1 per 1000 penduduk. Tren dunia meningkat, bahkan angka kanker jauh di atas jantung dan stroke. Parahnya, 70 persen kanker terjadi di negara berkembang," katanya di sela-sela temu media di Ruang Kuliah Departemen Radiologi, RSCM, Jakarta, Senin (7/3/2016).
Menurut Soehartati, kegiatan ini akan membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas personel dan layanan radioterapi di kawasan Asia Pasifik. Seminar dan workshop ini juga diperuntukkan bagi dokter spesialis onkologi radiasi, fisika medis, dan tenaga radioterapis terkait teknik IMRT.
Program ini merupakan kerjasama International Atomic Energy Agency (IAEA) dengan Badan Teknologi Nuklir (BATAN), Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI) dan Departemen Radioterapi RSCM.