Liputan6.com, Yogyakarta - Gerhana matahari total tinggal 2 hari lagi. Berbagai persiapan pun terus berlangsung untuk menyaksikan fenomena alam ini. Masyarakat pun diingatkan untuk tidak melihat gerhana matahari total dengan mata telanjang.
Menyaksikan gerhana matahari total yang berlangsung Rabu lusa merupakan sebuah kesempatan langka. Namun, fenomena alam tidak bisa dilihat secara langsung, sehingga diperlukan alat bantu.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Senin (7/3/2016), menurut dokter spesialis mata, saat berlangsung gerhana matahari total akan muncul kilatan cahaya saat terbuka dan tertutupnya matahari oleh bulan.
Baca Juga
Advertisement
Kilatan ini mempunyai intensitas cahaya yang terlalu besar, sehingga jika mata melihat langsung akan bisa membakar bagian kuning atau macula, pandangan bisa menjadi kabur dan beresiko mengalami kebutaan.
Memang ada sejumlah alat bantu seperti kacamata matahari ND 5.0, teleskop dengan filter matahari hingga kaca las paling pekat. Sayangnya, selain tidak mudah didapat harganya pun tidak terjangkau.
Sejumlah anak muda di komplek Taman Pintar Yogyakarta mengajak warga membuat peralatan sederhana agar tetap bisa langsung menyaksikan gerhana matahari total. Di antaranya membuat pinhole atau teknik lubang jarum.
Sementara itu lembaga penerbangan dan antariksa nasional (LAPAN) juga terus mematangkan persiapan menjelang terjadinya gerhana matahari total. Seperti yang berlangsung di Balai Pengamatan Antariksa yang berlokasi di Desa Haurgombong, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
3 Unit teleskop disiapkan untuk merekam dan mengabadikan detik-detik terjadinya gerhana matahari total. Belakangan, persiapan dan pengecekan kondisi alat dilakukan setiap hari agar saat memantau fenomena alam yang berlangsung setiap 350 tahun sekali bisa dilakukan seoptimal mungkin.
*** Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV dan Indosiar mulai pukul 06.00-09.00 WIB. Klik di sini.