Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mantap menggandeng Kepala BPKAD DKI Jakarta Heru Budi Hartono sebagai calon wakil gubernur melalui jalur independen. Hanya saja, nasib keduanya ditentukan oleh dukungan yang berhasil dikumpulkan oleh TemanAhok.
Menurut Ahok, sedikitnya ada 2 kemungkinan yang bisa terjadi padanya di Pilkada DKI Jakarta 2017. Kondisi ini bisa terjadi ketika TemanAhok gagal mengumpulkan dukungan.
"Ada 2 kemungkinan, (TemanAhok) kalau mereka enggak bisa kumpulin, terus partai masih mau calonin saya sama Djarot," ucap Ahok di Balai Kota, Jakarta, Senin 7 Maret 2016.
Sebaliknya, Ahok bisa saja tidak maju sama sekali pada Pilkada 2017. Selain karena dukungan tidak terkumpul, partai bisa saja tersinggung atau marah dan tidak mengusung dirinya sama sekali.
"Kalau PDIP marah? Kalau semua partai marah, lebih baik tanding tanpa Ahok lebih seru kan? Berarti selesai saya. Berarti Agustus sudah ketahuan," imbuh Ahok.
Baca Juga
Advertisement
Ahok menerangkan, PDIP bisa saja berpikir untuk menjadikan Pilkada DKI Jakarta jadi ajang pertarungan calon yang diusung partai, tanpa melibatkan dirinya. Terlebih PDIP punya cukup kursi untuk mengusung calon sendiri.
"Bukan putuskan partai. Partai marah enggak sama kita? Belum ada yang marah sampai hari ini. Nasdem enggak marah sih. Tapi kan Nasdem enggak cukup," kata Ahok.
Kemungkinan dukungan independen tidak terpenuhi masih sangat terbuka. Mengingat tidak semua pendukung Ahok suka dengan Heru, atau pendukung Djarot akan menarik dukungannya.
"Biasanya kalau orang enggak setuju Heru gimana? Kan kemarin ada orang PDIP yang dukung juga. Kalau sekarang kayak gini, yang pendukung Djarot, mau enggak saya pasang namanya dengan Heru? Belum tentu mau lho. Makanya mesti cek ulang," tutur Ahok.
*** Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV dan Indosiar mulai pukul 06.00-09.00 WIB. Klik di sini.