Liputan6.com, Yogyakarta - Masyarakat wajib berhati-hati saat melihat Gerhana Matahari Total (GMT) besok, Rabu 9 Maret 2016. Masyarakat diimbau tidak menggunakan mata telanjang saat melihat gerhana. Sebab efek samping yang ditimbulkan sangat berbahaya bagi mata.
Menurut Dokter Spesialis Mata Bayu Sasangko melihat langsung Gerhana Matahari dapat menimbulkan beberapa efek kerusakan pada mata yang disebut solar eclips retinopathy. Gejalanya, adanya titik hitam atau bulatan hitam di tengah di penglihatan.
Kondisi ini bisa mengakibatkan kerusakan permanen atau sementara. Hal ini akan membuat pandangan kabur dan bisa bertahan selama 1 bulan hingga beberapa tahun.
"Matahari itu mengandung spektrum cahaya yang luas. Transfusinya sangat intens dan bisa mengakibatkan reaksi foto kimia pada retina. Terutama banyak pada makula atau bintik kuning," kata Bayu di Rumah Sakit dr Yap, Yogyakarta, Senin 7 Maret 2016.
Ketika mata melihat langsung ke matahari, kata dia, sel penangkap sinar akan terbakar dan mati. Sehingga mata tak bisa lagi melihat.
Baca Juga
Advertisement
"Tidak total tapi terjadi bintik kuning. Jadi hanya mengakibatkan kebutaan pada bagian tengah di samping kita bisa melihat," ujar dia.
Bayu mengatakan kerusakan pada makula bagian retina bisa terjadi tanpa adanya rasa sakit dan gejala saat muncul beberapa jam setelah kerusakan terjadi. Oleh karena itu ia meminta masyarakat tidak melihat secara langsung. Jika saat itu kondisi mata mulai sakit maka harus segera memalingkan muka dari arah gerhana matahari.
"Kalo langsung lihat nanti harus merem dan memalingkan muka saja," ujar dia.
Bayu mengatakan pihaknya belum mendapatkan data valid berapa orang yang pernah mengalami kebutaan sementara atau permanen akibat Gerhana Matahari.
"Kasus yang pernah dilaporkan di majalah Eye akibat solar eclips ada 15 pasien. Semua mengalami solar retinopathy," kata Bayu.
Untuk itu, Bayu menyarankan agar saat melihat Gerhana Matahari, masyarakat menggunakan teleskop atau melalui televisi saja. Selain itu bisa juga dengan pinhole sederhana menggunakan 2 kertas putih. Salah satu kertasnya diberi lubang bagian tengah.
"Pertama kita membelakangi matahari, lalu kertas pertama kita lobangi dengan pensil, lalu kertas yang utuh di depannya. Jadi kita melihat gerhana dari paparan matahari melalui lubang kertas pertama itu," ujar Bayu.
Selain itu ia juga menyarankan agar masyarakat dapat melakukan rekomendasi dari The National Aeronautics and Space Aministration (NASA) yang menggunakan teleskop atau kamera disertai filter mengandung aluminium chrom. Bisa juga menggunakan klise film hitam putih yang sudah terpapar sinar matahari beberapa waktu.
"Selain itu menggunakan kacamata Welder no 14 yang didisain khusus dari bahaya ultraviolet. Kacamata ini biasa digunakan tukang las. Kalau melihat langsung ya dengan menggunakan filter aluminium atau dengan kacamata tukang las. Kacamata hitam bisa digunakan, namun tidak direkomendasikan," jelas dia.
Bayu berpesan kepada orang tua agar menjaga anak-anak mereka saat melihat gerhana matahari.
"Anak lebih rentan mengalami gangguan ini karena karakteristik mata anak yang mememiliki lensa mata lebih jernih, sehinga radiasi cahaya yang masuk ke mata lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa," ujar Bayu.
*** Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV dan Indosiar pukul 06.00-09.00 WIB. Klik di sini.