Mengenal Teknologi 4G LTE Karya Khoirul Anwar

Paten 4G LTE milik Khoirul Anwar dapat digunakan untuk teknologi komunikasi yang transmisinya menggunakan dua FFT/IFFT.

oleh Iskandar diperbarui 08 Mar 2016, 12:20 WIB
Khoirul Anwar beserta keluarga (facebook.com)

Liputan6.com, Jakarta - Belum banyak yang tahu bahwa salah satu penemu teknologi 4G LTE, ternyata adalah seorang putra bangsa asal Kediri, Jawa Timur. Ia adalah Khoirul Anwar, yang kini berprofesi sebagai asisten profesor di Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST).

Teknologi yang dikembangkan Khoirul berasal dari disertasi doktoralnya yang berjudul "Peak Power Reduction for Multicarrier Systems in Satellite and Radio Communications". Demikian seperti dikutip dari laman Japan Advanced Institute of Science and Technology, Selasa (8/3/2016).

Teknologi tersebut kemudian diadopsi menjadi standar International Telecommunication Union-Recomendation (ITU-R) S.1878 dan S.2173, yakni "Multi-carrier Based Transmission Techniques for Satellite Systems".

Konsep yang digagas pria yang pernah mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini kemudian dijadikan basis dari Single Carrier Frequency Division Multiple Access (SC-FDMA) untuk teknologi 4G LTE yang mampu mereduksi peak power.

Paten ini dapat digunakan untuk teknologi komunikasi yang transmisinya menggunakan duaFFT/IFFT. Selain itu, penelitian Khoirul juga banyak berkutat pada teori informasi jaringan, pengodean kerusakan, pengodean berulang, pengodean untuk jaringan superpadat, serta konferensi di area komunikasi nirkabel.

Target utama penelitian Khoirul adalah untuk mencapai kapasitas kinerja dan pemprosesan sinyal menggunakan teknik iteratif kompleksitas komputasi rendah.

Gangguan yang disebabkan oleh keterlambatan saluran panjang (terutama untuk aplikasi broadband), telah lama diyakini bahwa interval guard (GI) harus ditambahkan untuk melindungi sinyal yang diinginkan dari distorsi oleh interferensi.

Sebagai solusi, pria lulusan Master tahun 2005 dan Doktor dari Graduate School of Information Science, Nara Institute of Science and Technology (NAIST) tahun 2008 ini telah mengusulkan konsep pemerataan baru, yaitu algoritma CHAined Turbo Equalization (CHATUE) algorithm.

Hasil proyek CHATUE diharapkan memiliki banyak aplikasi, seperti sistem digital terestrial penyiaran dan sistem 4G uplink single carrier frequency domain multiple acces (SC-FDMA), untuk dapat menghilangkan guard interval guna mencapai efisiensi spektrum yang lebih tinggi.

Di samping itu, Khoirul Anwar telah menulis lebih dari 94 publikasi ilmiah internasional (journal dan conference papers). Atas prestasi gemilangnya itu, ia mendapatkan penghargaan Best Student Paper Award dari IEEE Radio and Wireless Symposium 2006 (RWS'06) dan California-USA danBest Paper of Indonesian Student Association Conference Kyoto, Japan pada 2007.

Penghargaan lainnya adalah Best Paper Presenter for the track of Advanced Technology in International conference on Sustainability for Human Security (SUSTAIN), Kyoto October 2011 serta Indonesian Diaspora "Award for Innovation", Congress of Indonesian Diaspora, Los Angeles, USA, July 2012 dan Penghargaan Achmad Bakrie Award (PAB) 2014, Jakarta, Desember 2014.

(Isk/Cas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya