Liputan6.com, Jakarta - Menjadi pemain sepak bola tenar tidak hanya membutuhkan kemampuan olah bola mumpuni melainkan juga kontrol perilaku dan emosi yang baik. Tidak jarang, karier sepak bola menjadi rusak karena kegagalan mengontrol perilaku dan emosi.
Telah banyak contoh pemain yang kariernya tenggelam karena kecerobohannya sendiri. Adriano adalah salah satunya. Digadang-gadang sebagai penerus Ronaldo di tim nasional Brasil, karier Adriano malah terpuruk karena kegemarannya dengan dunia malam.
Baca Juga
- 10 Tim Terburuk di Liga Inggris
- PSSI Himbau Klub Anggotanya Tolak Undangan Tim Transisi
- Vardy: Semua Meremehkan Leicester
Advertisement
Klub-klub tentu lebih memilih pemain yang bisa menjaga perilaku dan emosinya. Bukan apa-apa, perilaku buruk dan emosi pemain tak jarang berdampak negatif bagi keharmonisan tim.
Melansir The Sportscaster, berikut 5 pemain yang memiliki masalah dengan perilakunya.
1. Nicklas Bendtner
Nicklas Bendtner memang tidak memiliki emosi yang meluap-luap. Namun sikap terlalu percaya diri yang kelewat batas menjadi masalah tersendiri bagi pemain asal Denmark ini.
Bagaimana tidak, Bendtner pernah mengklaim dirinya adalah salah satu striker terbaik di dunia. Selain itu, saat masih membela Arsenal dia juga pernah sangat percaya diri menyatakan dalam lima tahun ke depan dapat menjadi topskor Liga Inggris dan Piala Dunia.
Kenyataan berbicara sebaliknya. Alih-alih menjadi salah satu striker terbaik dunia, karier Bendtner justru terpuruk. Setelah dari Arsenal, dia sempat dipinjamkan ke beberapa klub hingga akhirnya mendarat di Wolfsburg.
Advertisement
2. Joey Barton
Daripada menjadi pemain sepak bola, Joey Barton mungkin lebih cocok menjadi debt collector atau petinju. Itu lantaran karakternya yang sangat tempramental.
Di manapun Barton bermain, dirinya hampir selalu terlibat masalah kedisiplinan. Anda mungkin masih ingat saat Barton masih bermain di Newcastle United dan terlibat perkelahian dengan gelandang Arsenal, Gervinho di Liga Inggris musim 2011/12.
Salah satu yang juga menjadi sorotan saat Barton terlibat perkelahian dengan para pemain Manchester City, ketika dia membela QPR. Barton diganjar kartu merah usai menyikut Carlos Tevez.
Kemudian, dia mencoba menendang Sergio Aguero dan menyundul Vincent Kompany. Kejadian itu terjadi di laga penutup Liga Inggris musim 2011/12.
Karena aksinya itu, Barton mendapat hukuman larangan main di 12 pertandingan dan denda 75 ribu pounds oleh Federasi Sepak bola Inggris (FA). "Perilaku saya salah dan saya menerima hukuman itu," kata Barton soal hukuman tersebut.
3. Carlos Tevez
Carlos Tevez adalah salah satu pemain yang mampu bertahan meski dia bukan tergolong pemain dengan perilaku yang baik. Tevez bisa membayar lunas perilaku buruknya dengan gelontoran gol bagi tim yang dia bela.
Akibatnya, klub-klub pun tetap berminat memakai jasanya meski kadang Tevez bertindak indisipliner. Pemain asal Argentina inipun telah mengoleksi total 20 trofi selama berkarier di Eropa dengan berbagai klub.
Salah satu ulah Tevez yang mungkin cukup membekas adalah saat dia menolak melakukan pemanasan bagi timnya, Manchester City. Karena ulahnya itu, Tevez sempat terilbat perselisihan dengan pelatihnya, Roberto Mancini.
Advertisement
4. Emmanuel Adebayor
Emmanuel Adebayor pernah bersinar bersama Arsenal. Di Liga Inggris musim 2007/08, torehan golnya hanya kalah dari Cristiano Ronaldo yang kala itu masih berkostum Manchester United.
Namun sikap Adebayor berubah saat dia pindah ke Manchester City. Adebayor yang diduga pindah karena uang, kemudian kerap diejek suporter Arsenal.
Tak tahan dengan ejekan itu, Adebayor pun membalas. Di salah satu laga Manchester City Vs Arsenal, Adebayor melakukan provokasi dengan melakukan selebrasi gol tepat di depan suporter mantan timnya tersebut.
Adebayor pun semakin menjadi musuh suporter Arsenal ketika dia pindah ke rival sekota The Gunners, Tottenham Hotspur pada 2011. Di Spurs pun, Adebayor kerap melakukan provokasi yang sama.
Kini, Adebayor membela Crystal Palace.
5. Mario Balotelli
Mario Balotelli mungkin adalah contoh paling tepat untuk menggambarkan pentingnya memiliki perilaku dan sikap yang baik di dunia sepak bola. Sebagai pemain, talenta Balotelli tak diragukan lagi.
Sayang, Balotelli tak mampu mengontrol perilakunya di dalam maupun di luar lapangan. Itulah yang membuat karier pemain berjuluk Super Mario ini hancur.
Klub-klub urung memakai jasa Balotelli karena dia kerap melakukan tindakan indisipliner. Sewaktu di Manchester City misalnya, Balotelli sempat terlibat perkelahian dengan pelatihnya sendiri, Roberto Mancini.
Liverpool mencoba 'bertaruh' dengan merekrutnya di awal musim 2014/15. The Reds berharap, Balotelli bisa menggantikan Luis Suarez yang hengkang ke Barcelona.
Sayang, harapan Liverpool bertepuk sebelah tangan. Balotelli justru lebih akrab dengan bangku cadangan ketimbang rumput hijau. Dia pun akhirnya dilego ke AC Milan.
Advertisement