Liputan6.com, Jakarta - Ribuan warga memadati Masjid Raya Sumatera Barat di perempatan jalan Khatib Sulaeman, Padang, untuk melaksanakan salat gerhana.
Jamaah sudah memadati Masjid Raya Sumbar satu jam sebelum salat gerhana dimulai sekitar pukul 07.00 WIB.
Antusiasme masyarakat Padang membuat kapasitas masjid raya tak mampu menampung para jemaah, hingga sebagian orang terpaksa salat di luar masjid.
"Saya ke sini karena merasa salatnya lebih afdal, pegawai pemerintah kota juga salat di sini," kata Ahmad Muzakir (52) pada Liputan6.com.
Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah juga terlihat hadir di tengah kerumunan warga yang memadati masjid raya. Ribuan siswa di Padang juga melakukan salat gerhana di ikon Sumbar tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Walikota mengatakan, Gerhana Matahari Total (GMT) merupakam bukti kebesaran pencipta dan ummat Islam disunahkan menggelar salat gerhana.
"Makanya momen GMT kami sambut dengan mendekatkan diri kepada Allah," kata Mahyeldi.
Menurut data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Padang Panjang, peristiwa GMT 9 Maret 2016 bisa disaksikan di dua daerah di Sumatera Barat: Seai, Kepulauan Mentawai; dan Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan.
Durasi totalitas di masing-masing kota tersebut mencapai 1 menit 51,6 detik dan 50,9 detik. BMKG menyatakan, magnitudo GMT di Seai mencapai 1,012 sedangkan di Silaut sebesar 1,002. Seai merupakan lokasi totalitas GMT paling barat di Indonesia.
Rentangan GMT 9 Maret di sebagian besar kota di Sumbar berkisar antara 1,000 sebelah utara Silaut hingga 0,900 di bagian utara. Gerhana yang teramati di sebagian besar kota di Sumbar adalah Gerhana Matahari Sebagian.
Secara keseluruhan, menurut BMKG, puncak gerhana di Sumbar terjadi pada pukul 07.20 WIB dan berakhir pukul 08.27 WIB. Rata-rata durasi gerhana yang teramati di Sumbar mencapai 2 jam 6 menit.